Di sebuah kantor dengan AC kebangetan dinginnya, duduklah seorang karyawan bernama Yanti. Ia dikenal bukan karena prestasi, tapi karena satu hal: migrainnya bisa datang lebih cepat daripada gosip di grup WhatsApp keluarga.

Setiap hari, jam tiga sore, ketika kopi udah dingin dan semangat mulai kendor, migrain Yanti datang seperti utusan neraka. Dan seperti biasa, reaksi rekan kerjanya selalu sama:

“Yanti, minum kopi aja tuh. Katanya kopi bisa ngilangin sakit kepala.”

Yanti cuma bisa nyengir miris. Kopi? Udah. Teh manis? Udah. Dipeluk mantan? Pernah dicoba juga. Hasilnya? Tetep. Kepala cenat-cenut, dunia berputar, dan Google jadi sahabat paling setia.

Suatu hari, karena udah frustasi dengan semua saran yang datang dari orang-orang yang bahkan belum pernah migrain, Yanti memutuskan konsultasi ke dokter. Bukan dokter cinta, tapi beneran dokter saraf.

Setelah serangkaian pertanyaan yang bikin Yanti merasa seperti sedang ikut kuis “Who Wants to Be a Millionaire?” akhirnya sang dokter berkata:

“Kemungkinan besar kamu kekurangan vitamin B2.”

Yanti terdiam. B2? Dia pikir vitamin yang bisa menyembuhkan migrain itu semacam vitamin ‘Bersabar dan Berdoa’. Ternyata bukan.

Ini Namanya “Know What You Lack” – Tahu Apa yang Kurang di Tubuh Lo

Vitamin B2 alias riboflavin ternyata punya peran penting dalam produksi energi sel. Dan ketika sel otak kekurangan energi, boom! Migrain pun datang tanpa permisi. Penelitian pun sudah banyak membuktikan bahwa suplementasi vitamin B2 dosis tinggi bisa membantu mengurangi frekuensi dan durasi migrain, khususnya pada penderita migrain kronis.

Tapi tunggu dulu, sebelum kamu lari ke apotek dan beli semua stok B2 yang ada, pahami dulu: ini bukan sulap, bukan sihir. Ini namanya usaha logis berdasarkan ilmu.

Yanti mulai rutin minum vitamin B2, 400 mg per hari sesuai anjuran dokter. Bukan atas saran dari teman sekantor yang hobinya menyamakan migrain dengan “masuk angin”.

Ini Namanya “Stop Listening to Random Experts” – Jangan Percaya Semua Orang yang Ngomong

Setelah dua minggu, Yanti merasa beda. Bukan karena dia jatuh cinta lagi, tapi karena migrainnya mulai jarang mampir. Rekan kerjanya pun kaget:

“Yanti, kok kamu udah nggak mendesah sambil megang kepala sih?”

Yanti senyum:

“Aku sekarang temenan sama B2.”

Rekan-rekannya bingung. B2 itu cowok mana lagi? Tapi Yanti tak menjelaskan. Biarlah B2 tetap jadi rahasia manis antara dia dan tubuhnya.

Ini Namanya “Private Victory” – Menang Diam-diam Tanpa Perlu Umbar

Namun, hidup tak selalu sesederhana vitamin dan migrain. Ketika Yanti cerita ke keluarganya bahwa vitamin B2 itu penyelamatnya, ibunya malah nyeletuk:

“Yanti, coba ikut pengajian Ibu. Si Mbak Siti kemarin katanya sembuh migrainnya gara-gara bekam!”

Yanti menahan napas. Ini bukan waktunya berdebat dengan emak. Tapi dalam hati dia berpikir:

“Ini namanya ‘Traditional Overconfidence’ – Semua hal dikaitkan sama kebiasaan lama.”

Yanti tetap hormat pada ibunya. Tapi ia tak berhenti konsumsi B2. Karena ia tahu, migrain bukan sekadar mitos atau kutukan mantan. Ini urusan kimia tubuh yang butuh solusi ilmiah.

Jadi, Apa Saja Vitamin yang Bantu Migrain?

Selain B2 yang jadi bintang utama, ada juga vitamin lain yang diam-diam punya talenta:

  • Magnesium – Bisa bantu menenangkan saraf dan mengurangi ketegangan pembuluh darah.
  • Vitamin D – Kekurangan vitamin ini sering ditemukan pada penderita migrain kronis.
  • CoQ10 – Bukan vitamin, tapi suplemen yang membantu energi sel dan mengurangi frekuensi migrain.
  • Vitamin B12 & B6 – Ikut berperan menjaga fungsi saraf dan bisa bantu redakan migrain.

Tapi ingat, ini bukan katalog belanja. Semuanya tetap harus disesuaikan dengan kondisi tubuh dan sebaiknya dikonsultasikan ke dokter dulu. Jangan main racik sendiri kayak lagi bikin ramuan cinta.

Ini Namanya “Smart is the New Sexy” – Pinter Lebih Keren Daripada Sok Tahu

Setelah tiga bulan, Yanti makin bahagia. Bukan hanya karena migrainnya jauh berkurang, tapi juga karena dia sadar satu hal: tubuh manusia itu seperti kantor, kalau sistemnya kacau, ya semua divisi kena getahnya. Tapi begitu diberi asupan yang pas, kerja jadi lancar, kepala pun tenang.

Migrain itu bukan sekadar sakit kepala biasa. Ia bisa merusak mood, menghancurkan hari, dan bikin orang sekitarnya jadi korban kemarahan tidak berdosa. Tapi dengan mengenal tubuh sendiri, tahu apa yang kurang, dan berani ambil langkah ilmiah, ternyata solusinya bisa sesederhana: satu tablet vitamin B2 sehari.

Yanti kini punya semboyan baru:

“Daripada minta dipeluk mantan waktu migrain, mending peluk B2 tiap pagi.”

Ini Namanya “Invest in Health, Not Heartbreak” – Pilih Waras, Bukan Galau

Jadi, vitamin apa yang bisa bantu menghentikan migrain?

Jawabannya: B2. Tapi lebih dari itu, jawabannya adalah pengetahuan, keberanian mencoba yang ilmiah, dan kemauan buat gak terus-terusan nyalahin nasib.

Karena kadang, yang bikin migrain bukan hanya kimia tubuh… tapi orang-orang di sekitar yang terlalu banyak komentar.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *