Di suatu komplek perumahan yang tenang, tapi penuh gosip, hiduplah seorang bapak bernama Pak Jumadi. Pekerjaannya? Tukang cat panggilan. Julukannya? “Tangan Ajaib.” Kenapa? Karena katanya, begitu dia selesai ngecat, tembok langsung kinclong, kayak habis di-spa.

Tapi suatu hari, datanglah ujian besar dalam hidup Pak Jumadi. Sebuah rumah mewah, milik Bu Retno—wanita sosialita yang lebih sering pakai kuteks daripada pegang sapu—menghubunginya.

“Pak Jum, tembok ruang tamu saya ngambek. Basah terus, lembabnya kayak hati saya waktu mantan nikah sama sepupu sendiri.”

Pak Jumadi datang dengan percaya diri. Tapi begitu lihat dindingnya, dia langsung ciut.

Ini bukan tembok biasa. Ini tembok drama. Lembab dari dalam, bau apek, cat mengelupas kayak hati habis diputusin via chat. Ada jamur kecil-kecil di pojok, udah kayak taman mini.

Tapi tentu, sebagai “Tangan Ajaib”, dia nggak mungkin menyerah.

“Bapak mau cat langsung ya?” tanya Bu Retno, sambil menyeruput matcha latte.

Pak Jumadi langsung geleng.

“Bu, ini bukan tembok biasa. Ini tembok penuh luka batin. Kalo saya langsung cat, itu ibarat kasih bedak ke orang habis nangis semalaman. Gak nempel, Bu!”

Ini namanya Diagnosis Awal – Sebelum bertindak, pahami dulu akarnya.

Lalu dia mulai ceramah, lebih panjang dari khutbah Jumat.

“Gini Bu, kalau tembok lembab, kita gak bisa langsung asal oles cat. Pertama, kita harus tahu penyebab lembabnya. Apakah dari rembesan air hujan? Atau pipa bocor di balik tembok? Atau mungkin karena rumah ini terlalu banyak kenangan masa lalu yang gak bisa dilupakan?”

Bu Retno melongo.

Ini namanya Root Cause Analysis – Gali dulu masalahnya sampe ke akar-akarnya, jangan cuma lihat permukaan.

Setelah investigasi yang lebih ribet dari kasus KDRT di sinetron, ketahuanlah: dinding lembab karena sisi belakang rumah langsung nempel tanah tanpa lapisan kedap air. Alias temboknya keujanan dari dalam.

“Bu, sebelum milih cat, kita perlu pasang dulu waterproofing.”

“Water… apa, Pak?”

“Waterproofing, Bu. Lapisan anti air. Ini kayak kamu pasang boundary ke mantan. Supaya gak bisa nyusup lagi dan bikin lembab hidup kamu.”

Ini namanya Boundary Protection – Biar masa lalu gak merusak masa depan.

Setelah waterproofing beres, barulah Pak Jumadi mulai bahas cat.

“Sekarang baru kita bisa pilih cat yang tepat. Bukan cat sembarangan. Harus pakai cat anti lembab, yang khusus untuk dinding interior yang sering kena air. Misalnya, cat dengan teknologi elastomerik atau akrilik berbasis anti-jamur.”

Bu Retno manggut-manggut, padahal baru paham separo.

“Kalau Ibu tetap maksa pakai cat biasa cuma karena warnanya lucu, ya siap-siap aja temboknya nanti kayak hubungan yang dipaksain: kelihatan indah di awal, tapi ngelupas perlahan.”

Ini namanya Right Tool for the Job – Gak semua hal bisa dipoles dengan hal yang lucu-lucu.

Proses pengecatan dimulai. Tapi belum sampai 10 menit, datang tetangga sebelah: Pak Sastro, si raja komentar.

“Wah, Pak Jumadi, ngecat ya? Pakai cat murah apa yang mahal?”

Pak Jum senyum sabar.

“Ini cat mahal, Pak. Tapi tahan lembab. Mahal itu relatif. Tembok yang gak diurus bisa lebih mahal lagi akibatnya: renovasi, ganti kayu lapuk, dan bau apek yang bikin tamu minggat.”

Ini namanya Invest for Long-Term – Jangan pelit di awal, supaya gak nangis di akhir.

Tiga hari kemudian, tembok Bu Retno kinclong. Gak ada lagi bau apek, gak ada cat ngelupas, dan lebih penting: gak ada lagi kenangan mantan yang nempel di dinding.

Bu Retno senyum sambil nyolek Pak Jumadi.

“Pak, saya suka banget sama hasilnya. Tapi boleh tanya satu hal?”

“Boleh dong, Bu.”

“Kalau hati ini yang lembab, bisa dipoles juga gak?”

Pak Jumadi bengong. Lalu senyum bijak.

“Bisa, Bu. Tapi butuh waterproofing dari dalam. Namanya: ikhlas.”

Ini namanya Inner Coating – Kadang, bukan tembok yang butuh diperbaiki. Tapi perasaan.

Kesimpulannya?
Kalau tembok lembab, jangan langsung ditimpa cat biasa. Cari dulu sumber masalahnya. Lalu pasang waterproofing, dan baru pakai cat khusus anti lembab. Jangan asal murah, jangan cuma lihat warna. Karena kalau salah pilih cat, yang rusak bukan cuma tembok… tapi juga mood seisi rumah.

Dan ingat: tembok bisa kita cat ulang. Tapi hati? Itu butuh proses yang gak bisa diburu-buru. Jadi, sebelum cat tembok, jangan lupa cat hati juga. Siapa tahu, itu yang lebih butuh perbaikan.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *