Di sebuah kota kecil penuh mimpi dan tagihan listrik, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Kerja kantoran Senin sampai Jumat, ngopi Sabtu, rebahan Minggu. Penghasilannya cukup… cukup buat bikin saldo ATM nangis tiap akhir bulan.
Sampai suatu hari, saat lagi buka dompet dan nemu struk belanja 3 bulan lalu (yang misteriusnya masih utuh), dia nyeletuk sendiri:
“Kenapa uangku selalu hilang seperti mantan yang gak ngasih penjelasan?”
Itulah awal mula perjalanan Raka mencari strategi menabung. Bukan yang ribet, bukan yang penuh jargon ekonom rumit. Tapi yang manusiawi, bisa dipraktikkan, dan gak bikin stress. Dan dari perjalanan absurd nan reflektif itu, lahirlah 7 strategi menabung cerdas ala Raka.
- “Uang itu bukan buat dipegang, tapi disembunyikan!”
Setiap awal bulan, Raka langsung mindahin 20% dari gajinya ke rekening tabungan khusus yang ATM-nya disembunyiin entah di mana. Gak bisa ditransfer, gak bisa diakses via mobile banking. Ini namanya “Forced Discipline” — Disiplin karena gak punya pilihan.
Katanya, kalau kita terlalu gampang akses tabungan, itu bukan tabungan… itu cuma tempat transit!
- “Jangan nabung dari sisa belanja. Belanja dari sisa nabung!”
Biasanya orang mikir: “Nabung tuh dari uang yang masih sisa.”
Salah besar!
Raka nerapin sistem “bayar diri sendiri dulu.” Gaji turun, langsung disisihin buat tabungan dan investasi. Baru sisanya dia pakai buat hidup. Ini namanya “Pay Yourself First” — Menghargai diri sendiri itu prioritas.
- “Skincare boleh mahal, tapi masa depan jangan rusak!”
Sadar bahwa sebagian besar gajinya melayang ke e-commerce, Raka bikin aturan belanja: kalau mau beli sesuatu, tunggu 3 hari. Kalau masih pengin, baru beli.
Ternyata 70% keinginannya itu cuma lapar mata.
Ini namanya “Delayed Gratification” — Nahan dikit sekarang biar gak nyesel di kemudian hari.

- “Dompet digital itu iblis kecil yang lucu.”
Cashless bikin belanja gak berasa. Serasa main game. Raka akhirnya pakai dua dompet digital: satu buat kebutuhan, satu buat keinginan. Dan yang buat keinginan diisi bulanan dengan jumlah fix.
Begitu saldo habis? Ya udah, sabar sampai bulan depan.
Ini namanya “Limit the Leak” — Biar bocor halus gak jadi tsunami finansial.
- “Diskon bukan berarti kebutuhan.”
Raka pernah beli dua blender cuma karena diskon. Padahal tinggal sendiri dan masak aja jarang. Sejak saat itu, dia nerapin prinsip: “Kalau nggak niat beli sebelum diskon, berarti nggak butuh.”
Ini namanya “Emotional Filtering” — Belanja harus pakai logika, bukan perasaan.
- “Kumpulin receh, nikmatin hasilnya.”
Setiap hari, Raka paksa diri nabung 10 ribu. Kecil? Iya.
Tapi pas setahun dihitung, ternyata udah cukup buat liburan ke Bali (kalau makannya Indomie tiap malam).
Ini namanya “Small Wins Strategy” — Sedikit demi sedikit lama-lama bisa healing juga.
- “Ngopi itu penting. Tapi masa depan juga harus ada rasa.”
Raka gak anti ngopi, tapi dia mulai ngopi di rumah pakai alat seduh sendiri. Selisih uangnya masuk tabungan khusus yang dia namai “Dana Ngopi Tua.”
Katanya, biar nanti pas pensiun bisa tetap ngopi di tempat cozy, bukan di warung sambil mikir cicilan.
Ini namanya “Lifestyle Swap” — Nikmati hidup tanpa mengorbankan masa depan.
Akhirnya, impian pun mulai terlihat…
Setahun berlalu, dan Raka yang dulu sering ngeluh, sekarang bisa senyum tiap buka aplikasi tabungan. Bukan karena isinya miliaran, tapi karena ada rasa puas. Bahwa ternyata hidup gak harus mewah, yang penting terarah.
Raka sekarang punya tujuan: pengin punya rumah kecil yang cukup buat dia, buku-bukunya, dan satu pot tanaman yang belum dia beli karena masih mikir-mikir.
Dia juga pengin suatu saat bisa bilang:
“Eh, aku udah siap nikah. Finansial aman, tinggal cari yang cocok.”
Ternyata, menabung itu bukan soal nahan diri semata. Tapi soal menghargai masa depan. Soal ngerti batas, soal punya tujuan, dan soal sadar bahwa uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
Jadi… siapa bilang menabung itu membosankan?
Kalau kita tahu caranya, tahu tujuannya, dan nikmatin prosesnya, ternyata menabung bisa jadi hal paling menyenangkan yang pernah kita lakuin.
Atau setidaknya… lebih menyenangkan daripada harus minjem temen pas akhir bulan sambil bilang:
“Transfer sekarang, gue balikin pas gajian. Sumpah.”
Dan itu… seringkali gak lucu.