Di sebuah negeri penuh krim malam, serum mahal, dan sheet mask yang harganya bisa bikin dompet megap-megap, hiduplah seorang wanita bernama Rani. Rani punya satu obsesi yang tak tergoyahkan: kulit glowing paripurna, tanpa filter!
Setiap kali ada diskon skincare, Rani langsung jadi sprinter. Kalau ada yang jual toner 7 layer, dia coba semua 7-nya. Tapi anehnya, meski lemari kamar mandinya penuh produk dari A sampai Z, kulit Rani masih aja… ya gitu-gitu aja. Glowing-nya dateng pas kena ring light, bukan dari dalam.
Sampai suatu hari, sahabat lamanya, Wulan, datang dari luar kota. Udah lama nggak ketemu. Rani kaget bukan main.
“Kok kulit kamu glowing banget sih? Pakai skincare apa?”
Wulan cuma nyengir sambil buka bekal makan siangnya. Isinya? Sayur rebus, alpukat, nasi merah, dan air putih dalam botol kaca bening.
Rani melongo.
“Lah, ini bekal apa menu rahasia dukun perawatan kulit?”
Wulan ketawa, lalu berkata santai,
“Ini mah bukan dukun, Ran. Ini cuma makanan biasa. Tapi efeknya luar biasa.”
Dan dari situlah, Rani mulai belajar. Bahwa ternyata, perawatan kulit bukan cuma soal oles-oles, tapi juga soal ngunyah yang bener.
1: CANTIK ITU DIMULAI DARI LAMBUNG
Wulan cerita, dia dulu juga kayak Rani. Berburu skincare sampai ke negeri seberang. Tapi setelah capek ngeluarin duit, dia mulai ngerasa: “Jangan-jangan yang rusak bukan kulitnya, tapi isi piring makannya.”
Dia pun belajar soal nutrisi. Bukan buat diet, tapi buat nyenengin kulitnya.
Dari situlah dia mulai makan lebih banyak:
Alpukat: sumber lemak sehat yang bikin kulit kenyal kayak mochi.
Wortel dan ubi: kaya beta-karoten yang diolah jadi vitamin A, sahabat kulit cerah.
Kacang almond dan kenari: kecil-kecil, tapi penuh vitamin E yang bikin kulit tahan banting dari sinar matahari.
Air putih: ya ini klise, tapi serius deh, kulit dehidrasi itu kayak taman tanpa hujan—kering, kusam, dan penuh retakan.
2: SKINCARE BOLEH, TAPI JANGAN JADI ORANG PUTUS ASA
Rani mulai ikutan gaya hidup Wulan. Dia nggak langsung buang semua skincare-nya—nggak separah itu. Tapi dia mulai pelan-pelan:
Sarapan diganti smoothie alpukat. Camilan sore bukan lagi keripik, tapi irisan timun. Air putih ditarget 2 liter sehari, dan tiap belanja ke pasar, dia lebih semangat lihat sayur hijau daripada diskonan lip tint.
Seminggu pertama? Kulit belum berubah. Tapi perut jadi lebih ringan.
Minggu kedua? Komedo mulai nyerah.
Sebulan? Teman-teman mulai komentar,
“Ran, kamu glowing. Lagi jatuh cinta ya?”
Padahal yang dia cintai sekarang adalah… makanan sehat.

3: GLOWING BUKAN SOAL PUTIH, TAPI SEHAT
Rani juga sadar satu hal: selama ini dia terlalu fokus ke ‘warna kulit’. Padahal glowing itu bukan soal putih kayak kertas HVS, tapi soal kulit sehat yang bersih, segar, dan hidup.
Dia juga mulai tidur cukup, olahraga ringan, dan ngurangin stres. Karena katanya, jerawat juga bisa datang dari pikiran yang terlalu sering overthinking.
EPILOG: RAHASIA SEJATI ADA DI MEJA MAKAN
Suatu hari, temannya si Citra nanya,
“Ran, kasih tahu dong rahasia glowing kamu. Skincare apa yang paling manjur?”
Rani cuma senyum.
“Rahasia glowing? Ada di dapur, bukan cuma di etalase skincare.”
Dan itu bukan kalimat puitis doang. Karena setelah belajar dari pengalaman Wulan, Rani ngerti: kulit itu cermin dari dalam tubuh. Apa yang kita makan, apa yang kita pikirkan, semua numpang lewat di wajah kita.
Jadi kalau mau glowing, jangan cuma cari serum viral. Tapi juga tanyain diri sendiri:
Apa yang masuk ke perut hari ini?
Karena dalam dunia kecantikan, kadang wortel bisa lebih jago dari retinol.
GLOWING ITU PILIHAN
Skincare itu penting. Tapi jangan berharap dia bisa kerja sendirian. Kulit butuh teman—dan teman terbaiknya adalah makanan bergizi, air putih, tidur nyenyak, dan hati yang tenang.
Dan seperti kata Wulan waktu itu,
“Kalau skincare itu make-up dari luar, makanan sehat itu make-up dari dalam.”
Mau glowing?
Mulailah dari isi piringmu.
Karena rahasia kulit bercahaya…
Bukan cuma di botol kecil, tapi di dapur dan gaya hidupmu sendiri.