Cerita antara rasa nyut-nyutan, secangkir minuman, dan sebuah pencerahan tak terduga.
Di suatu pagi yang agak mendung tapi tetap panas, ada seorang pegawai kantoran bernama Toni. Toni ini bukan pegawai biasa. Dia adalah spesialis migrain — alias langganan sakit kepala sebelah yang datang tiba-tiba, tanpa permisi, dan kadang bikin dia merasa seperti kepalanya lagi disikat pake amplas.
Tiap kali migrain datang, dunia Toni berubah. Lampu jadi terlalu terang, suara keyboard teman sebelah jadi kayak dentuman drum konser metal, dan aroma kopi di pantry jadi tercium seperti cairan pembersih lantai.
Satu-satunya harapan Toni? Menenggak obat dan berharap bisa tidur di bawah meja meeting. Tapi hari itu, Toni nggak mau nyerah.
“Harusnya ada cara lain selain obat. Masa iya dunia ini nggak menyediakan ‘minuman penyelamat kepala’ buat orang-orang macam gue?” pikirnya sambil memijat pelipis pakai sendok.
Dan dimulailah perjalanan spiritual Toni mencari minuman anti-migrain. Bukan, bukan ke dokter. Tapi ke pantry. Karena semua jawaban biasanya ada di sana.
Cangkir Pertama: Air Putih
Seketika Toni meneguk segelas air putih dingin. Katanya, dehidrasi bisa jadi salah satu penyebab migrain. Dan ya, logikanya nyambung. Kepala lo nyut-nyutan, mungkin karena otak lo lagi ngambek kekurangan cairan.
Setelah satu gelas, Toni belum sembuh. Tapi dia ngerasa sedikit lebih hidup.
“Minimal gue nggak dehidrasi, ya kan?” gumamnya, berusaha positif.
Air putih = solusi dasar. Simple, tapi kadang dilupakan. Karena yang simpel sering dianggap nggak keren.
Cangkir Kedua: Kopi
Kopi adalah cinta pertama Toni. Tapi juga musuh bebuyutannya.
Kadang, secangkir kopi bikin dia on fire. Tapi di waktu lain, malah bikin migrainnya rese.
Hari itu dia ragu.
Tapi lalu dia teringat sesuatu. Bahwa kafein dalam dosis kecil bisa menyempitkan pembuluh darah yang melebar — salah satu biang migrain.
“Ah, ngapain juga hidup setengah-setengah,” katanya sambil menuang kopi hitam tanpa gula.
Hasilnya? Ajaib. Dalam 30 menit, rasa nyut-nyut itu mulai mereda. Toni pun duduk tenang, menghadap monitor, sambil bergumam:
“Kopi, maafin aku yang pernah salah paham. Tapi kayaknya kita butuh jeda juga, kadang.”

Cangkir Ketiga: Teh Jahe Hangat
Setelah makan siang — yang tentu saja dia lewatkan karena pusing — Toni kembali mencoba peruntungan. Kali ini dia pilih teh jahe.
Kenapa? Karena dia baca di suatu artikel yang entah valid atau nggak: “Jahe mengandung senyawa antiinflamasi alami.”
Dan dia pikir, “Kalau ini placebo, setidaknya placebo-nya enak.”
Dia seduh teh jahe, hirup aromanya, dan… sesuatu terjadi.
Bukan, migrainnya nggak langsung hilang. Tapi dia merasa calm. Tenang. Damai. Seolah-olah jahe itu bilang:
“Bro, hidup nggak usah buru-buru. Kepala juga butuh istirahat, bukan cuma badan.”
Dan Toni senyum kecil. Kadang, penyembuhan datang dari rasa rileks, bukan reaktif.
Cangkir Keempat: Jus Pisang + Bayam (Iya, Beneran)
Esok harinya, Toni iseng bawa blender ke kantor. Cowok ini nekat. Dia niat bikin green smoothie karena katanya magnesium bisa bantu redakan migrain. Pisang dan bayam adalah sumber magnesium yang lumayan.
Resepnya aneh, rasanya lebih aneh lagi. Tapi hasilnya… Toni nggak kambuh hari itu.
Dan dia menyimpulkan:
“Rasa aneh di mulut, asal nggak nyut-nyut di kepala, masih bisa ditoleransi.”
Jadi, minum apa agar migrain hilang?
Jawabannya… nggak sesimpel satu kata. Karena semua orang punya “cangkir penyelamat” yang beda-beda. Tapi yang pasti, ada beberapa pola yang mulai Toni pahami:
Kalau lo kurang minum air, ya wajar aja kepala lo protes.
Kalau lo minum kopi tiga gelas sehari, jangan kaget kalau otak lo ngambek pas lo stop.
Kalau lo stres, kurang tidur, dan makan sembarangan… bahkan satu teko teh jahe pun nggak bakal bantu banyak.
Dan yang paling penting:
Kadang yang dibutuhkan bukan hanya minuman, tapi momen. Momen buat berhenti sebentar, tarik napas, dan bilang ke diri sendiri:
“Gue bukan mesin. Gue boleh istirahat.”
Epilog dari Toni
Sekarang, setiap kali migrain datang, Toni gak langsung lari ke laci obat.
Dia duduk dulu. Minum air. Kadang seduh teh. Kadang blend smoothie nyeleneh. Kadang bahkan cuma rebahan sambil pejam mata.
Migrain itu bukan musuh. Tapi sinyal.
Sinyal bahwa tubuh lo butuh perhatian.
Dan kadang, satu cangkir bisa jadi pelukan.
Yang gak nyembuhin sepenuhnya, tapi cukup bikin lo bertahan sampai pulih lagi.
Jadi, lo minum apa hari ini?