Di sebuah kamar kost kecil yang cukup untuk satu kasur, satu kipas angin, dan satu galon, seorang mahasiswa semester akhir bernama Tio lagi merintih pelan sambil nutupin mata dengan bantal. Bukan karena habis diputusin pacar, bukan juga karena tugas akhir ditolak dosen. Tapi karena satu hal yang bikin hidup rasanya kayak dikejar deadline abadi: migrain.
Iya, migrain. Sakit kepala sebelah yang kadang datang tanpa permisi, dan pergi seenaknya. Tapi yang paling ngeselin itu satu: migrain suka nongol justru pas badan butuh istirahat. Tidur? Lupakan dulu. Bantal empuk pun nggak bisa bantu banyak kalau kepala sebelah rasanya kayak ditusuk-tusuk paku.
Nah, pertanyaannya sekarang: migrain tidurnya gimana sih?
“Salah Posisi, Salah Hari”
Jangan salah, posisi tidur itu bukan cuma soal gaya. Ini soal nyawa—atau minimal soal kewarasan.
Kalau kamu tidur dalam posisi yang bikin leher tegang atau aliran darah nggak lancar ke kepala, selamat! Migrainmu bisa makin parah. Ini bukan mitos, tapi kenyataan yang sering diremehkan. Jadi, jangan heran kalau bangun tidur bukannya fresh, malah nyengir sambil berkata: “Ini kepala kenapa cenut-cenut kayak habis diaudit BPK?”
Makanya, penting banget cari posisi tidur yang ramah sama migrain.
“Back to Basic: Tidur Telentang”
Tidur telentang dengan bantal yang tidak terlalu tinggi adalah posisi paling direkomendasikan buat pejuang migrain. Kenapa? Karena posisi ini bantu jaga leher tetap lurus, nggak miring ke kanan atau kiri, dan aliran darah ke otak jadi lebih optimal.
Tapi catatan penting nih: jangan pakai bantal kayak guling yang udah dikompres zaman kerajaan Majapahit. Pakai bantal yang mendukung leher tapi nggak bikin kepala lebih tinggi dari ego mantanmu.
Ini namanya: “Head Support, Not Heartbreak” – Dukung kepala, bukan kenangan.

“Tidur Miring, Tapi Jangan Sembarangan”
Kalau kamu bukan tim telentang dan lebih nyaman tidur miring, itu sah-sah aja. Tapi miringnya harus strategis.
Tidurlah miring ke kiri, karena tidur miring ke kanan kadang bisa memperburuk sirkulasi dan tekanan pada bagian kepala yang sedang sakit. Tambahin bantal kecil di antara lutut biar posisi tulang belakang tetap lurus.
Ini bukan yoga, ini cuma biar kamu bangun tanpa migrain mengintai dari balik sarung bantal.
Ini disebut: “Postural Awareness” – Tidur juga perlu kesadaran penuh, bukan cuma pas bangun.
“Ciptakan Zona Anti-Migrain”
Tio, si mahasiswa yang tadi, akhirnya sadar. Kamarnya terang benderang kayak warung nasi uduk 24 jam. Suara kipas anginnya kayak helikopter yang mau lepas landas. Belum lagi notifikasi grup tugas yang nyala tiap lima menit. Pantes aja migrainnya nggak kelar-kelar.
Jadi kalau kamu tanya, “Migrain tidurnya gimana?”, ya bukan cuma soal gaya tidur, tapi juga lingkungan tidur.
Turunin cahaya kamar. Matikan atau atur suara yang mengganggu. Jauhkan HP minimal satu meter dari bantal. Bukan karena takut radiasi, tapi biar kamu nggak tergoda buka TikTok pas niatnya mau merem.
Ini namanya: “Sleep Hygiene” – Biar tidurmu bersih dari gangguan dan drama digital.
“Jangan Tidur Kalau Perutmu Drama”
Migrain itu punya banyak pemicu. Salah satu yang paling nggak disangka-sangka adalah perut kosong atau kebanyakan makan sebelum tidur.
Coba bayangin, kamu tidur dengan perut yang ngambek karena belum diisi. Otakmu langsung kirim sinyal darurat, dan boom! Migrain menyerang.
Atau sebaliknya, kamu makan mie goreng dua porsi plus es kopi susu jam 10 malam. Tubuhmu malah kerja keras cerna makanan, dan kamu terbangun jam 2 pagi dengan kepala berdebar-debar.
Ini pelajaran penting: “Tidur itu bukan acara makan-makan.”
“Jangan Paksa Tidur, Nanti Kepalamu Demo”
Pernah nggak sih kamu udah niat tidur, tapi migrain malah bikin kepala makin nyut-nyutan pas kamu merem? Nah, itu tandanya jangan dilawan. Jangan maksain tidur dalam kondisi kesakitan parah, karena bisa-bisa tidurmu malah jadi stres kedua.
Lebih baik duduk tenang, tarik napas dalam, matikan semua gadget, dan kompres kepala pakai handuk dingin. Setelah rasa sakit agak mereda, baru kamu mulai coba tidur pelan-pelan.
Ini namanya: “Respect the Pain” – Hormati sinyal tubuhmu sebelum kamu ajak berdamai.
“Kapan Harus Minta Tolong?”
Kalau migrainmu datang lebih sering daripada gajian, atau malah bikin kamu kehilangan produktivitas, jangan sok kuat. Migrain yang terlalu sering bisa jadi gejala gangguan kesehatan lain.
Kalau obat biasa nggak mempan, tidur udah bener, tapi migrain tetap datang kayak mantan yang susah move on, itu waktunya kamu ke dokter. Nggak semua sakit bisa disembuhin dengan tidur, teh hangat, dan lagu lo-fi.
Ini bukan soal lemah. Ini soal “Take Control” – Ambil alih kendali sebelum sakitmu yang ambil alih hidupmu.
Tidur Bukan Sekadar Rebahan
Jadi, “Migrain tidurnya gimana?”
Jawabannya: tidur yang strategis. Gaya tidur, suasana kamar, apa yang kamu makan, sampai kapan kamu merem semuanya berpengaruh. Tidur bukan cuma soal pejam mata dan mimpi jadi sultan. Ini soal bagaimana kamu bantu tubuhmu pulih.
Karena buat para pejuang migrain, tidur yang benar itu bukan kemewahan. Itu kebutuhan dasar.
Dan kalau kamu udah baca artikel ini sambil migren?
Matikan layar, tarik napas, dan pelan-pelan temukan posisi ternyamanmu.
Siapa tahu, malam ini kamu bisa tidur damai… tanpa “cenut-cenut”.
Kalau kamu suka artikel ini dan butuh versi lain dengan topik serupa, tinggal bilang aja ya!