Di sebuah kantor penuh deadline dan kopi sachet, duduklah seorang karyawan bernama Raka. Mukanya kecut, matanya sayu, dan tangannya sudah tiga kali pencet pelipis dalam lima menit. Bukan karena cinta tak terbalas. Tapi karena migrain datang tanpa janji—dan nyeseknya luar biasa.
“Bro, lo ngapain sih dari tadi megangin kepala mulu?” tanya Dani, temannya, sambil nyeruput kopi hitam.
“Migrain gue kumat, Dan. Parah banget. Lo tahu nggak sih, migrain tuh kayak mantan posesif—muncul pas kita udah tenang-tenangnya,” keluh Raka.
Dani langsung duduk dan bilang, “Lo pernah coba pijat refleksi?”
Dan dari sinilah kisah legendaris itu dimulai…
Ini namanya “Know Your Enemy” – Kenali dulu musuh lo sebelum lo beraksi!
Migrain bukan sakit kepala biasa. Dia datang dari ujung saraf otak yang ngambek karena terlalu banyak mikir, kurang tidur, atau ngopi kebanyakan tapi air putih segelas pun ogah. Makanya, cara ngilanginnya pun nggak bisa asal gosok pelipis pakai jempol.
“Dipijat apa ya biar reda?” tanya Raka sambil ngelirik Dani kayak mahasiswa minta bocoran jawaban.
Ini namanya “The Pressure Point” – Titik tekan yang bikin hidup kembali damai

Dani langsung buka aplikasi Google (seolah dia doktor pijat bersertifikat). Tapi karena kita di sini bukan buat basa-basi, mari kita kasih bocoran langsung:
Titik Taiyang
Letaknya di pelipis. Iya, di area yang suka dipencet waktu mikir keras itu. Pijat dengan gerakan memutar perlahan. Biarin tekanan lembut ngasih sinyal ke otak, “Bro, santai dulu ya.”
Titik Hegu
Lokasinya di antara jempol dan telunjuk tangan. Dipencet-pencet selama 30 detik, bisa bantu meredakan sakit kepala. Agak nggak nyambung sama kepala, tapi sistem saraf tahu jalan tikusnya.
Titik Yintang
Di antara dua alis. Tempat di mana banyak orang nyimpen stres dan hutang pikiran. Pijat perlahan, tarik napas panjang, dan buang… Bersamaan dengan beban hidup.
Titik Fengchi
Di belakang kepala, dekat pangkal tengkuk. Ini titik sakral buat penderita migrain. Bisa lo pijat sendiri, atau minta bantuan orang lain (syaratnya: bukan mantan, biar nggak drama).
Ini namanya “Don’t Do It Wrong” – Jangan sok tahu kalau belum tahu
Raka langsung nyoba pijat pelipisnya. Tapi bukannya makin enak, dia malah makin meringis.
“Bro, lo bukan mijat itu, lo lagi mencubit jiwa lo sendiri,” kata Dani sambil ketawa.
Sering kali orang asal pencet, asal gosok, yang bikin saraf makin tegang. Padahal teknik itu penting. Jangan pakai tenaga seluruh keturunan, cukup tekanan halus dan ritme teratur. Ingat, lo lagi pijat kepala, bukan uji kekuatan genggaman.
Ini namanya “Timing is Everything” – Waktu adalah kunci dari segala keberhasilan
Pijatan terbaik dilakukan saat migrain baru muncul. Jangan tunggu sampai lo berasa kayak dilempar palu Thor. Semakin dini lo bertindak, semakin cepat lo merdeka.
Dan jangan lupa: pencahayaan redup, suasana tenang, aroma terapi sedikit-sedikit, dan kalau bisa… jangan ada bunyi notifikasi grup WhatsApp keluarga yang isinya cuma stiker “p”.
Ini namanya “The Art of Letting Go” – Saatnya lo istirahat, bro
Pijat memang bantu banget, tapi kadang migrain juga minta lo tarik napas dan berhenti sejenak. Kadang solusi tercepat bukan obat, bukan kopi, tapi tidur siang 15 menit dan lepas dari layar laptop.
Raka akhirnya rebahan. Sambil mata setengah merem, dia bilang, “Dan, ini enak juga ya dipijat di pelipis. Tapi kalo ada yang mijatin sambil sayang sama gue, mungkin sembuhnya lebih cepet.”
“Bro,” kata Dani sambil ngakak, “Itu bukan pijat, itu jodoh. Udah beda divisi.”
Ini namanya “Migrain Healing Combo” – Kalau mau lengkap, gini caranya
Minum air putih. Tubuh dehidrasi bisa bikin kepala cenat-cenut.
Matikan lampu. Cahaya terang = musuh utama penderita migrain.
Kompres dingin di dahi atau tengkuk.
Pijat pelipis dan titik refleksi tadi.
Tarik napas dalam-dalam, buang perlahan. Ulangi kayak kamu mengikhlaskan utang temen yang nggak dibayar.
Ini namanya “The Real Therapy” – Pijatan itu bantu, tapi pola hidup lo yang utama
Setelah tiga hari terapi pijat dan tidur cukup, Raka pun kembali segar. Dia datang ke kantor dengan senyum semringah.
“Migrain lo udah kabur?” tanya Dani.
“Iya, bro. Gue udah upgrade. Sekarang gue stres bukan karena sakit kepala, tapi karena klien deadline-nya dimajuin.”
“Welcome back to reality,” kata Dani, sambil ngelirik layar laptop yang penuh spreadsheet.
Akhirnya, pertanyaannya bukan cuma ‘Migrain dipijat apa?’ tapi juga… ‘Mau terus sakit atau mau belajar santaiin hidup?’
Karena kadang yang bikin migrain itu bukan kepala, tapi hati yang terlalu nyimpen banyak hal.
Dan ini namanya…
“Live Light, Think Less” – Karena kepala bukan tempat nyimpen semua beban.