Di sebuah gang sempit yang cuma bisa dilewatin motor miring, berdiri sebuah rumah sederhana milik Pak Salim. Dari luar sih biasa aja, tapi coba deh masuk ke ruang tamunya. Baru buka sandal aja, mata udah disambut pemandangan tembok yang… berembun. Bukan karena AC, bukan pula karena efek dramatis sinetron. Tapi karena: temboknya lembab.

“Udah dicat tiga kali, digosok pake amplas, sampe saya bacain doa-doa, tetap aja tuh tembok lembab,” keluh Pak Salim sambil ngelapin air yang netes dari dinding, pakai lap yang udah lebih mirip sapu pel pensiun.

Ini namanya Perjuangan yang sia-sia – Ketika usaha lu banyak, tapi hasilnya tetep nol besar. Kayak ngirim chat panjang lebar ke gebetan, ujung-ujungnya cuma dibalas: “Hehe.”

Suatu hari, datanglah keponakan Pak Salim, si Fajar, anak teknik sipil semester akhir yang lagi skripsian. Dia lihat kondisi rumah omnya, langsung pasang mode insinyur:

“Om, ini bukan soal cat. Ini soal struktur. Kalau kita cuma main cat, itu ibarat ngolesin bedak di wajah yang belum cuci muka. Ya makin parah lah!”

Ini namanya Problem Rooting – Fokus cari akar masalah, bukan sekadar ngasih solusi permukaan.

Lalu Fajar mulai inspeksi. Dia ketok-ketok tembok kayak dokter ngetes lutut pasien. Habis itu dia nyodorin daftar belanja:

  • Waterproofing coating
  • Semen anti lembab
  • Talang air baru
  • Exhaust fan
  • Silikon sealant

Pak Salim bengong. “Saya kira cukup beli cat anti-air. Ini kok kayak mau renovasi satu kecamatan?”

Fajar senyum sambil ngetik-ngetik di HP. “Om, ini bukan sekadar tembok basah. Ini kombinasi dari kapilaritas, kelembaban udara tinggi, dan struktur yang menyerap air dari tanah. Kalau nggak ditangani dari sumbernya, ya bakal lembab terus.”

Ini namanya Knowledge is Power – Tahu ilmu bisa bikin dompet lebih aman, hati lebih tenang.

Malam itu Pak Salim mikir keras. Di antara suara tetesan dari tembok dan iklan obat masuk angin di TV, dia akhirnya mutusin buat nurut sama keponakannya. Esoknya dimulailah misi suci anti-lembab.

Langkah pertama: Tutup pori-pori dinding dari luar. Fajar ngajarin cara pakai waterproofing coating, yang harus dioles ke dinding luar rumah. Bukan cuma kayak olesin mentega ke roti, tapi harus diratakan sampai masuk ke sela-sela bata.
Ini namanya Preventive Action – Mencegah lebih baik daripada ngelap tiap hari.

Langkah kedua: Ganti talang air yang bocor. Soalnya air hujan yang netes pelan tapi rutin itu kayak mantan yang masih sering nge-like story, bikin basah tanpa alasan jelas.

Langkah ketiga: Ventilasi harus jalan! Pasang exhaust fan kecil di dapur, kamar mandi, dan ruang tengah. Biar sirkulasi udara lancar, dan dinding nggak kayak sauna.

Langkah keempat: Pasang lapisan pelindung bagian dalam. Gunakan semen khusus anti-lembab sebelum dicat ulang. Fajar bilang, “Ini bukan cat sembarang cat. Ini kayak body lotion buat tembok. Bikin dia glowing tapi tetep sehat!”

Dan terakhir, langkah pamungkas: Gali saluran kecil di sekitar rumah biar air dari tanah bisa ngalir ke arah yang benar. Jangan sampai air dari tanah malah naik ke tembok kayak naik lift.

Ini semua dilakukan selama satu minggu. Tetangga pada ngira Pak Salim dapat warisan. Padahal mah cuma dapet pencerahan dari mahasiswa kosan yang lebih sering ngutang Indomie.

Dua minggu kemudian, rumah Pak Salim berubah drastis. Temboknya kering. Nggak ada lagi air netes. Gorden gak perlu digulung terus karena nempel ke dinding lembab. Bahkan, tamu-tamu mulai nanya, “Pak, rumahnya makin adem ya?”

Pak Salim senyum bangga. “Bukan adem, Bu. Ini namanya tembok yang udah tobat.”

Ini namanya Mission Accomplished – Ketika masalah lama bisa diselesaikan dengan solusi baru yang masuk akal.

Tapi yang paling membekas bukan cuma tembok keringnya. Melainkan pelajaran hidup yang Pak Salim dapet dari misi ini:

“Kadang, masalah yang kita anggap kecil—kayak dinding lembab—itu cuma gejala. Kalau kita terus fokus ke gejalanya, kita gak bakal sembuh. Tapi kalau kita gali lebih dalam, cari akarnya, lalu berani bongkar dan betulin dari dasarnya, maka hasilnya bisa permanen.”

Ini namanya Wisdom of the Wall – Tembok pun bisa ngajarin kita tentang hidup.

Jadi, kalau kamu masih ribut sama tembok lembab di rumah, coba tanya dulu: “Saya selama ini nyari solusi instan, atau udah nyentuh ke akar masalahnya?”

Karena tembok yang lembab itu ibarat hubungan yang gak sehat. Kalau gak diberesin dari pondasinya, tiap musim hujan bakal bikin nyesek lagi.

Dan sekarang, rumah Pak Salim jadi ikon gang itu. Orang-orang mampir bukan cuma buat ngopi, tapi juga buat nanya: “Gimana sih, biar tembok gak lembab?”

Pak Salim senyum bijak, sambil ngangkat cangkir kopinya. “Yang penting jangan ditambal-tambal doang. Bongkar, betulin, dan jangan lupa—ventilasi!”

Ini namanya Solusi permanen – Karena hidup yang nyaman itu dimulai dari tembok yang kering, dan hati yang tenang.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *