Di sebuah komplek perumahan yang kelihatannya adem tentrem, tapi sebenernya penuh drama rumah tangga yang lebih tegang dari sinetron jam prime time, hiduplah seorang bapak bernama Pak Roni. Rumahnya mungil, warna temboknya ijo lumut (bukan karena dicat, tapi karena literally ditumbuhi lumut).

Setiap pagi, tembok rumah Pak Roni selalu berkeringat. Bukan karena habis olahraga, tapi karena lembabnya udah kayak hutan tropis. Istrinya sampai nyeletuk, “Mas, ini rumah apa rumah kaca? Kok udaranya bikin rambut megar terus!”

Pak Roni tahu ini gak bisa dibiarkan. Bukan cuma soal estetika, tapi juga karena dinding yang lembab bisa bikin cat ngelupas, jamur tumbuh, bahkan tetangga jadi ngegosip:
“Itu rumah Pak Roni, temboknya nangis tiap malam, kasihan…”

Akhirnya Pak Roni ngambil langkah serius. Dia riset. Googling. Tanya tukang. Tanya mertua. Bahkan sempet nanya ke grup WA alumni yang isinya udah jarang bahas ilmu, lebih sering share video lucu.

Lalu, muncullah strategi kebijaksanaan ala rakyat biasa buat ngatasi tembok lembab. Kita sebut aja:

  1. “Hidup itu Perlu Ventilasi, Begitu Juga Dinding”
    Tembok lembab sering terjadi karena sirkulasi udara yang buruk. Udara pengap, lembap, terus ketahan di dalam ruangan. Pak Roni langsung buka dua lubang angin tambahan. Sekalian bilang ke istrinya, “Nih, biar kita gak cuma buka hati satu sama lain, tapi juga buka udara.”
  2. “Jangan Cuma Atap Rumah yang Diperhatiin, Talang Air Juga Penting!”
    Seringkali, talang air bocor atau mampet bikin air rembes ke dinding. Itu yang bikin tembok kayak abis nangis semalaman. Pak Roni akhirnya bersihin talang air yang udah penuh daun kering dan mainan bekas anaknya.
    Ini namanya: Maintenance is the best prevention.
  3. “Jangan Cuma Iri Liat Dinding Tetangga, Cat Sendiri Dulu yang Anti-Air”
    Pak Roni beli cat anti-air yang katanya bisa menolak air seperti mantan menolak balikan. Walau harganya bikin dompet sedikit nyesek, tapi dia yakin: ini investasi masa depan.
    “Better nyesek di toko bangunan daripada nyesek liat tembok berjamur,” kata Pak Roni bijak.
  4. “Lembab Sering Datang dari Dalam: Cek Pipa Bocor!”
    Tembok bisa lembab karena pipa bocor. Tapi karena pipa itu tertanam di dinding, kita sering gak sadar kalau dia bocor pelan-pelan, kayak mantan yang tiba-tiba ninggalin tanpa alasan.
    Pak Roni pun manggil tukang buat bongkar sedikit tembok. Ketemu deh, si pipa nakal yang ngasih kontribusi tanpa diminta.
    Ini namanya: “Sometimes, we have to break a little to fix a lot.”
  5. “Pakailah Bahan Bangunan yang Bijak Sejak Dini”
    Waktu bikin rumah, kita sering ngirit bahan. Tapi ingat: pasir, semen, dan waterproofing yang bagus itu kayak pasangan hidup—kalau asal pilih, lama-lama nyusahin.
    Pak Roni akhirnya belajar:
    “Bangun rumah tuh kayak milih pasangan. Jangan cuma karena murah, tapi lihat kualitas jangka panjang.”
  6. “Jangan Cuma Ngandelin Tembok, Pakai Dehumidifier Juga!”
    Buat daerah yang kelembapannya segila isi chat grup keluarga, Pak Roni pasang dehumidifier. Mesin ini kayak sahabat baik yang gak banyak omong tapi ngurangin beban.
    “Kalau AC ngademin hati, dehumidifier ngeringin tembok,” kata dia sambil nyeruput kopi.
  7. “Bersihin Jamur, Tapi Jangan Pake Emosi”
    Jamur itu makhluk sabar. Dia tumbuh pelan, diem-diem, tapi tau-tau udah merambat kayak gosip RT.
    Pak Roni bersihin pake campuran air dan cuka. Katanya sih alami. Tapi jangan salah: baunya bisa bikin hidung protes, tapi jamur langsung angkat kaki.
    Ini namanya: Natural doesn’t always mean gentle.
  8. “Gak Semua Masalah Butuh Tukang, Tapi Kadang Emang Butuh Tukang”
    Setelah semua usaha mandiri gagal total, Pak Roni akhirnya manggil tukang profesional. Tukangnya dateng, cek dinding, dan bilang:
    “Pak, ini rumah udah kayak spons. Serap air terus tiap hujan.”
    Jadi solusinya? Kupas tembok, pasang waterproofing ulang, terus cat dari awal.
    Pak Roni ngelus dada, terus ngelus dompet. Tapi dia sadar:
    “Kalau mau hasil maksimal, kadang emang harus nyerahin ke ahlinya.”

Akhirnya, setelah berbulan-bulan berjuang melawan kelembapan yang udah kayak mantan posesif, rumah Pak Roni pun kering, bersih, dan adem. Istrinya senyum-senyum tiap masuk rumah. Tetangganya berhenti ngegosip. Bahkan kucing liar yang biasanya numpang tidur di teras, pindah ke rumah sebelah. Katanya, “Udah gak lembab lagi, kurang cozy.”

Moral of the story?
Tembok lembab bukan cuma masalah bangunan. Ini masalah prinsip.
Jangan biarkan kelembapan merusak pondasi rumah—dan juga rumah tangga.
Karena kadang yang kita butuh bukan cuma tembok kuat, tapi juga strategi cerdas dan sedikit keteguhan hati.

Dan buat kamu yang sekarang lagi lihat tembok rumah yang basah kayak habis nonton film Korea, ingatlah:
“Kalau Pak Roni bisa, kamu juga pasti bisa.”

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *