Di sebuah kantor dengan AC super dingin dan deadline yang panas membara, duduklah seorang pria bernama Raka. Umurnya belum tua, tapi urat kepalanya udah kayak kabel listrik PLN: tegang terus tiap hari. Bos cerewet, tugas numpuk, dan nasi padangnya kebanyakan sambal—hari itu, migrain mampir kayak mantan yang belum move on.

“Bro, pala gue cenat-cenut nih,” keluh Raka ke temannya, Dino, yang lagi asik ngaduk kopi sachet pakai ujung pulpen.
“Ah, migrain tuh, Rak. Biasa. Banyakin istighfar,” jawab Dino, bijak setengah malas.
“Ini bukan migrain biasa, bro. Ini udah kayak konser metal di otak gue. Gue butuh obat. Atau, lo punya trik khusus?”

Dino langsung pasang tampang serius, seolah dia baru pulang dari seminar internasional bertema “Pengobatan Alternatif di Tengah Krisis Ekonomi”.
“Lo tahu nggak,” bisik Dino, “di tubuh kita tuh ada titik-titik rahasia. Kalau lo gosok atau pijet dengan penuh cinta dan harapan, migrain bisa kabur.”

Raka yang awalnya skeptis, akhirnya luluh juga. Karena ya gimana, kepalanya udah berasa dipukul galon.
“Gue nggak peduli titik apa. Asal bukan titik rekening gue yang makin tiris, gas!”

Titik Pertama: Di Antara Alis – Pintu Masuk ke Zona Damai

Dino tunjuk titik di tengah-tengah alis Raka.
“Pijet pelan-pelan di sini, Rak. Ini namanya titik ‘Yintang’ menurut ilmu akupresur. Ini tempat stress mampir sebelum numpang tidur di otak.”

Raka mulai menggosok. Sambil berdoa: “Ya Tuhan, semoga bukan alis gue yang rontok.”

Setelah beberapa detik, ekspresi Raka mulai berubah. Mukanya yang tadinya kayak habis nonton sinetron sedih, mulai melunak.
“Eh, kok lumayan ya…”

Ini namanya Trigger the Reset – kadang, yang dibutuhkan bukan laptop baru, tapi restart dari kepala.

Titik Kedua: Pojok Dalam Mata – Bukan Buat Netesin Air Mata

“Sekarang tekan bagian dalam mata, deket hidung,” kata Dino, sok dokter padahal jurusan komunikasi.
“Lo maksud… yang suka dipencet pas nangis biar air mata keluar banyak?”
“Bukan buat drama, Rak. Ini beneran titik buat ngurangin sakit kepala.”

Setelah Raka coba, dia mengangguk-angguk pelan.
“Gue nggak nyangka. Ternyata bagian muka bisa disuruh kerja juga, bukan cuma buat selfie.”

Ini namanya Using the Useless – Bagian tubuh yang biasa lo abaikan, bisa jadi penyelamat.

Titik Ketiga: Punggung Tangan – Titik Pencet yang Nggak Main-Main

Dino lanjut:
“Sekarang, lo cari bagian di antara jempol sama telunjuk. Tekan kuat, tahan, rasain denyutannya.”
“Lah ini mah kayak titik refleksi pas dipijit emak gue!”
“Betul! Namanya LI4, titik sakti pengusir nyeri!”

Raka mulai mijet. Mukanya agak meringis. Tapi abis itu, dia tarik napas panjang.
“Gue kayak baru dibebaskan dari utang.”

Ini namanya Pain to Kill Pain – Kadang rasa sakit kecil bisa ngalahin rasa sakit besar. Kayak cinta bertepuk sebelah tangan mengalahkan gebetan yang ghosting.

Titik Keempat: Belakang Leher – Tempat Semua Beban Dunia Ngumpul

“Lo pernah ngerasa pundak dan leher tuh kayak gudang stres?” tanya Dino.
Raka langsung refleks: “Setiap hari, bro. Gue rasa tulang leher gue udah bentuk huruf Z.”

“Pijet pelan belakang leher. Gunakan dua jempol. Rasain otot yang tegang kayak kabel charger murahan.”

Begitu Raka lakukan, badannya langsung refleks pegang jidat.
“Gila… ini enak bener.”
“Kan gue bilang. Itu titik GB20, biangnya migrain kabur.”

Ini namanya Behind the Burden – Semua yang berat biasanya ngumpet di belakang. Sama kayak alasan mantan ninggalin lo tanpa pamit.

Titik Terakhir: Kaki? Serius? Kaki?!

Dino tiba-tiba nyuruh Raka buka sepatu.
“Bro… jangan bilang lo mau ngajarin ilmu pijat dari planet lain.”
“Serius, di kaki ada titik akurat. Pijat bagian bawah jari kedua. Itu konek langsung ke kepala.”

Raka pasrah. Digosoklah telapak kakinya sambil meratap dalam hati: “Beginilah nasib kaum menengah. Obat pusing pun harus dicari di kaki sendiri.”

Beberapa menit kemudian, dia senyum.
“Bro… lo mungkin nggak lulus kedokteran, tapi hari ini lo lulus jadi pahlawan.”

Ini namanya Healing from the Ground – Kadang penyembuhan datang dari bawah. Dari kaki. Dari yang dianggap remeh.

Penutup yang Nggak Kalah Sakti

Migrain memang kejam. Tapi jangan buru-buru minum obat kalau masih bisa gosok-gosok penuh cinta. Tubuh kita tuh pabrik penyembuhan. Sayangnya, kita terlalu sibuk buat baca petunjuk manualnya.

Dan soal Dino, ternyata dia tahu semua titik itu karena pernah ikut workshop pemijatan waktu iseng nemenin mantan yang jadi terapis.
Ini namanya Breakup Benefit – Kadang, putus cinta bisa kasih pengetahuan yang menyelamatkan kepala orang lain.

Jadi, kalau kepala lo cenat-cenut, sebelum cari Panadol atau drama Korea, coba dulu gosok titik-titik di atas.

Siapa tahu, penyembuhan itu sebenarnya sudah ada di ujung jempol lo sendiri.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *