Di sebuah kamar kos ukuran 3×3 meter, tepat di malam sebelum deadline kerjaan, hiduplah seorang makhluk lemah bernama Dika. Umurnya 27 tahun, jomblo permanen, dan langganan migrain tiap kali ada tagihan datang.

Suatu malam, migrain menyerang lebih brutal dari biasanya. Sakitnya bukan main. Bukan cuma cenut-cenut di kepala, tapi juga disertai bonus: mata nyut-nyutan, mual, dan satu pertanyaan besar yang menghantui: “Kenapa hidup gue gini-gini amat?”

Dika pun berguling ke kanan, ke kiri, ke bawah kasur, naik lagi, sambil nempelin balsem dan nyanyi lagu sedih di kepala. Tapi tetap, si migrain ini lebih keras kepala dari mantan yang nggak bisa move on. Akhirnya, Dika bangkit dari kasur dengan tekad bulat: “Gue harus tidur. Kalau nggak, bisa mampus!”

Ini namanya “Desperate Strategy” – Saat segala cara udah gagal, manusia akan berubah jadi filsuf dan dukun dalam satu malam.

Langkah pertama yang Dika coba adalah gelapin kamar. Semua lampu dimatikan. Bahkan lampu indikator charger pun dicabut. Pokoknya total blackout.

Ini namanya “Kill the Light, Save the Brain” – Karena cahaya terang itu racun buat otak yang lagi demo.

Tapi ternyata gelap saja tidak cukup. Otaknya Dika tetap ajrut-ajrutan kayak sinyal WiFi di gunung. Akhirnya dia ambil handuk kecil, basahin, terus kompres kepala pakai itu.

Sambil nyender di dinding, dia mikir, “Mungkin ini yang namanya self-care… atau malah auto-torture?”

Ini namanya “Cold Therapy” – Saat handuk basah lebih berguna dari mantan yang cuma bisa ghosting.

Namun tubuh Dika masih menolak ajakan damai. Maka muncullah ide konyol tapi jenius: “Pake aroma terapi, kali aja manjur.”
Dia buka laci, nemu minyak kayu putih, roll-on aroma lavender, dan… balsem yang baunya seperti nostalgia tahun 90-an.

Campur semua di bantal, lalu nyium dalam-dalam.

Ini namanya “Aromatherapy Fusion” – Nggak penting cocok atau nggak, yang penting usaha.

Setelah 30 menit hening, akhirnya rasa sakit mulai melunak. Tapi tetep belum bisa tidur. Jantung masih deg-degan karena paracetamol belum kerja dan pikiran masih muter: “Kalau besok gue nggak bangun, siapa yang bakal ngerjain laporan itu ya?”

Nah, di sinilah si Dika sadar, otak manusia itu bisa lebih nyakitin daripada migrain itu sendiri. Maka dia ambil jurus terakhir: meditasi.
Tapi bukan yang duduk bersila sambil bilang “ommm…”
Lebih ke model rebahan sambil ngitung napas dan mikirin hal-hal random kayak:
“Kucing bisa migrain juga nggak, ya?”

Ini namanya “Mind Diversion Tactic” – Ngalihin fokus dari nyeri ke hal-hal absurd biar otak bingung sendiri.

Dan tahu nggak? Justru saat dia berhenti maksa buat tidur, tubuhnya pelan-pelan ikutan rileks.
Pelan… pelan… dan zZzZzZzZz…

Subuh-subuh, Dika kebangun. Migrainnya belum hilang total, tapi jauh lebih ringan. Badan juga nggak sekacau semalam.

Dia senyum kecil. “Ternyata bisa ya, tidur meski sakit kepala segede gunung.”

Dari pengalaman absurd itu, Dika pun menuliskan panduan ala-ala di dinding kamarnya:

  • Redupkan semua cahaya. Karena cahaya adalah musuh saat otak lagi demo.
  • Kompres dingin di kepala atau leher. Biar syarafnya nggak teriak-teriak.
  • Hindari suara bising. Kecuali kamu suka tidur dengan suara berantem tetangga.
  • Aroma terapi boleh dicoba. Tapi jangan dijadiin parfum permanen.
  • Bernapas perlahan dan fokus. Bukan fokus ke mantan, tapi ke napas sendiri.
  • Jangan terlalu maksa tidur. Kadang otak cuma butuh diajak kompromi.

Dan yang paling penting:
Kalau migrain makin sering dan makin brutal, ke dokter, Bro!
Karena bisa jadi itu bukan sekadar migrain, tapi alarm dari tubuh buat istirahat yang beneran.

Ini namanya “Listen to Your Body” – Tubuh itu bukan mesin. Dia punya bahasa sendiri yang harus kita pahami.

Jadi, buat kamu yang suka begadang, kerja terus tanpa istirahat, dan mikir bisa ngelawan migrain pakai niat doang — pikir ulang. Migrain bukan lawan yang bisa ditaklukkan pakai gaya-gayaan. Dia butuh pendekatan yang tenang, sabar, dan kadang, kocak juga nggak apa-apa.

Toh, hidup udah cukup sakit kepala. Jangan tambah-tambahin dengan gaya hidup yang bikin otak ngambek.

Akhir kata, kalau malam ini kamu susah tidur karena migrain — jangan panik. Ambil handuk basah, matikan lampu, tarik napas, dan bilang ke diri sendiri:
“Oke otak, kita kompromi ya… Gue tidur, kamu istirahat. Deal?”

Kalau belum tidur juga? Ya udah, coba nyium minyak kayu putih lagi. Siapa tahu ampuh.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *