Di sebuah kampung kecil, hidup seorang tukang bangunan legendaris bernama Pak Darto. Kalau soal bangun rumah, dia jagonya. Tapi suatu hari, datanglah masalah yang bahkan Pak Darto sendiri sempat ngelus dada: dinding lembab. Bukan dinding yang diguyur hujan kemarin sore, tapi dinding yang udah bertahun-tahun berembun, ngambek, dan seolah-olah nangis terus tiap malam.

“Pak Darto, ini tembok kok gak pernah kering ya? Udah digaruk, diplester, dicat, tapi besoknya balik lagi jadi basah,” keluh Bu Yati, si empunya rumah.

Pak Darto cuma nyengir sambil ngelap peluh.
“Bu, ini bukan tembok, ini kayak mantan yang gak bisa move on. Kita harus obatin dari akar.”

Ini namanya: “Diagnosis Dulu, Jangan Asal Tindak!”

Langkah pertama? Cari sumbernya. Pak Darto jalan keliling rumah, bawa rokok sebatang dan segelas kopi. “Air itu gak pernah bohong,” katanya. Ternyata penyebabnya bukan dari atap, bukan dari talang air bocor, tapi dari tanah yang nempel langsung ke dinding tanpa lapisan pelindung.

Ini namanya: “Kenali Musuhmu Sebelum Menyerang”

Langkah berikutnya, dinding lama harus dikupas habis. Bukan sekadar dikerok manja kayak luluran, tapi bener-bener dikuliti sampe ke bagian yang masih sehat. Ini proses menyakitkan, tapi perlu.

“Kalau dinding bisa ngomong, dia udah teriak ‘sakit, Jendral!’ Tapi ini harus dilakukan,” ujar Pak Darto sambil ngelus palu.

Ini namanya: “Mending Sakit Sekali daripada Sakit Terus”

Setelah itu, Pak Darto ngasih lapisan waterproofing. Bukan air biasa, bukan juga minyak kelapa, tapi cairan anti air yang kalau dioles bisa bikin tembok kebal air selama bertahun-tahun. Tapi ya, harus sabar. Oles satu lapis, tunggu kering. Oles lagi, tunggu kering. Jangan terburu-buru, karena dinding juga butuh waktu buat sembuh.

Ini namanya: “Cinta Sejati Butuh Proses, Begitu Juga Dinding”

Setelah waterproofing, baru masuk ke tahap rendering alias merender. Campuran pasir, semen, dan kadang ada tambahan aditif biar lebih nempel dan anti air. Tapi kata Pak Darto, resep rahasianya adalah: jangan pelit air, tapi juga jangan terlalu basah. Kayak bikin adonan donat – kalau kelembekan, jadinya bubur. Kalau kekeringan, jadi batu.

Ini namanya: “Keseimbangan adalah Kunci Hidup… dan Dinding”

Proses render ini juga butuh teknik. Gak bisa asal lempar semen ke tembok dan berharap jadi bagus. Ada gerakan tangan khusus, kayak tukang sihir ngaduk ramuan. Mulai dari bawah, diratakan perlahan ke atas, ditekan tapi jangan kasar. Lembut tapi tegas.

“Kayak ngurus anak, Mas,” kata Pak Darto sambil nyengir. “Harus sabar, tapi jangan manja.”

Ini namanya: “Skill dan Hati Harus Jalan Bareng”

Setelah proses render selesai, dinding harus didiamkan dulu. Jangan langsung dicat, apalagi ditempelin stiker Doraemon. Biarkan dia kering alami, pelan-pelan, seperti hati yang habis patah – butuh waktu.

Baru setelah benar-benar kering, boleh dicat. Tapi jangan pakai cat biasa. Pakai cat anti lembab, anti jamur, dan kalau bisa anti mantan juga – biar gak balik-balik lagi.

Ini namanya: “Investasi Jangka Panjang, Bukan Cat Murahan”

Akhirnya, dinding Bu Yati pun kembali sehat. Gak ada lagi bercak hitam, gak ada air ngembun. Rumah jadi cerah, wangi, dan gak lagi berasa kayak kamar mandi umum. Bu Yati sampai nyuruh anaknya selfie tiap hari di depan tembok, saking bangganya.

“Pak Darto, makasih ya. Akhirnya dinding saya bisa nafas lagi,” kata Bu Yati sambil senyum.

Pak Darto cuma angguk-angguk, narik napas dalam, dan jawab dengan bijak:

“Yang penting bukan cuma dindingnya, Bu. Tapi kita semua belajar, kalau sesuatu yang lembab dan rusak itu bisa diperbaiki… asal kita mau sabar, teliti, dan gak asal tambal.”

Ini namanya: “Bukan Cuma Merender Dinding, Tapi Merender Hidup”

Jadi, kalau kamu punya dinding lembab di rumah, jangan cuma disalahin hujan atau tetangga yang hobi nyiramin tanaman. Coba deketin, periksa, dan rawat dengan sabar.

Karena siapa tahu, dinding itu cuma butuh perhatian lebih… sama kayak hati kita.

Dan ingat: dalam hidup, yang lembab bukan untuk dijauhi… tapi untuk dikeringkan dan dikuatkan kembali.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *