Di sebuah rumah, di sudut ruang tamu yang katanya sudah direnovasi total, muncullah noda misterius berbentuk peta dunia di tembok. Awalnya cuma seukuran koin. Tapi lama-lama, dia tumbuh seperti ambisi politisi—menguasai semua sisi.

Si pemilik rumah—sebut saja namanya Bu Tatik—awalnya panik. Dia panggil tukang. Tukangnya datang, lihat sebentar, terus bilang: “Ini dindingnya lembab, Bu. Harus dibongkar, dikasih lapisan waterproofing, terus diplester ulang. Biayanya… ya kira-kira segini…”
Dan saat itu juga, Bu Tatik langsung pura-pura lupa bahasa Indonesia.

Tapi jangan salah. Bu Tatik ini bukan orang sembarangan. Beliau adalah alumni “Universitas Akal Seadanya”, jurusan “Cara Pintar Menyulap Masalah Jadi Estetika”. Jadi daripada stres ngeluarin duit gede, beliau milih strategi:
Menutupi masalah, bukan menyelesaikannya. Tapi dengan elegan.

Dan di sinilah cerita kita dimulai.

Strategi 1: Galeri Seni Kilat
Bu Tatik pergi ke toko bingkai, beli lukisan abstrak yang bahkan senimannya sendiri gak ngerti maksudnya. Ditempel pas di atas noda lembab.
Tamu yang datang bilang:
“Wah, artsy banget rumahnya!”
Padahal… ya itu cara halus nutupin bencana biologis.
Ini namanya Reframing the Problem – Kalau gak bisa hilangin masalah, bikin orang lihatnya dari sudut yang beda.

Strategi 2: Rak Buku Bohongan
Lanjut, dia pasang rak buku tempel. Bukunya tipis-tipis, banyaknya majalah arisan 2008, tapi posisinya pas nutup noda.
Setiap tamu yang lewat, bilang:
“Bu, koleksi bukunya kece ya! Banyak yang lawas!”
Yang mereka gak tau, itu bukan koleksi… itu tameng.
Namanya Functional Disguise – Nampak seperti dekorasi, padahal misi utamanya: menyelamatkan harga diri tembok.

Strategi 3: Dinding Hijau Instan
Bu Tatik juga sempat masang tanaman plastik model rambat-rambat. Tempel, tata, jadi dinding estetik ala-ala kafe.
Tamu bilang:
“Wow, vibes-nya kayak Bali!”
Padahal kalau diangkat, belakangnya masih lembab, masih basah, bahkan kadang ngembun.
Ini namanya Illusion of Freshness – Asal kelihatan hidup, gak penting isinya lagi busuk.

Tapi, pertanyaannya: Salahkah Bu Tatik?

Jawabannya: Enggak. Karena… siapa sih di dunia ini yang gak pernah ‘nutupin’ kelembapan hidupnya?

Ada orang yang tiap hari upload senyum di Instagram, padahal hatinya lagi bocor halus.
Ada yang bajunya selalu rapi, padahal keuangan udah kayak dinding lembab: merembes terus tiap akhir bulan.
Ada yang tiap ketemu kita, semangat banget ngobrol, tapi sebenarnya… dia lagi nyari tembok buat bersandar karena hidupnya rapuh.

Kita semua, di titik tertentu, pernah jadi Bu Tatik.
Pernah nambal masalah pakai estetika. Pernah nutupin luka pakai tawa. Pernah pura-pura kuat padahal udah keropos.
Tapi yang menarik, justru dari cara kita menyiasati itulah muncul kreativitas, muncul ide, muncul solusi alternatif.

Balik ke dinding tadi. Apakah harus dibongkar total?

Idealnya sih, iya. Harus diidentifikasi sumber lembapnya. Apakah dari rembesan air luar? Atau dari pipa bocor dalam?
Harus dikeringkan, dilapisi anti air, baru dicat ulang.
Tapi kadang… hidup gak semewah itu. Kadang, gak semua orang bisa langsung punya budget untuk itu.
Dan di sanalah muncul seni menunda dengan cerdas. Bukan untuk kabur dari masalah, tapi untuk kasih waktu.
Waktu buat ngumpulin biaya.
Waktu buat atur prioritas.
Dan waktu buat belajar: bahwa menutupi bukan berarti membohongi. Kadang itu bentuk bertahan paling elegan.

Pelajaran dari Dinding Lembab

Di dunia yang menuntut segalanya harus terlihat sempurna, ada keindahan dalam cara kita menutupi kekurangan dengan penuh hormat.
Yang penting, bukan sekadar “nutupin”. Tapi, gimana kita nutupin.

Dengan seni.
Dengan humor.
Dengan niat yang tulus.

Dan tentu saja… dengan kesadaran bahwa suatu hari, kita tetap harus memperbaiki dari akarnya.

Jadi, kalau kamu lihat dinding rumah temanmu ada lukisan gede, jangan langsung bilang:
“Wah, artsy banget!”
Bisa jadi… itu jeritan dinding yang sedang menahan air mata.

Dan kalau kamu lagi nutupin dinding hidupmu yang lembab…
Tenang. Kamu gak sendirian.
Yang penting bukan seberapa sempurna tembokmu sekarang,
tapi seberapa kuat niatmu buat perbaiki fondasinya nanti.

Sementara itu… ya udah, pasang lukisan dulu.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *