Di sebuah kamar kost dengan ukuran 3×3, ada seorang mahasiswa semester akhir bernama Doni. Kamar itu nggak ada jendela, pintu cuma dibuka kalau ada gofood, dan ventilasi… apa itu ventilasi?
Satu malam, Doni bangun dari tidurnya dalam keadaan basah kuyup. Bukan karena mimpi dikejar mantan yang belum move on, tapi karena kelembapan di kamar udah kayak hutan tropis di Amazon. Embun nempel di dinding, sprei lembap, dan bantalnya punya dua sisi: satu dingin, satu bau.
Ini namanya “Reality Check” – Saat lo sadar, kamar lo bukan tempat tinggal, tapi ekosistem.
Doni pun curiga, jangan-jangan kelembapan tinggi ini penyebab dari jerawat, bau apek, dan rambutnya yang mendadak bisa nge-lengkung sendiri. Akhirnya dia mutusin untuk menyelidiki.
Langkah pertama? Buka HP, ngetik: “Cara ngurangin kelembapan di kamar.” Tapi yang keluar malah iklan AC 7 juta dan dehumidifier seharga microwave. Doni pun menatap dompetnya, lalu tertawa… getir.
Ini namanya “Financial Awareness” – Sadar diri itu penting, apalagi pas dompet lagi loyo.
Akhirnya Doni bikin rencana. Rencana besar. Operasi bernama: “Basmi Basah dari Dalam!”
Langkah pertama: Buka Pintu dan Jendela (kalau ada)
Tapi karena jendelanya nihil, Doni buka pintu lebar-lebar selama dua jam tiap pagi. Tentu saja, ini bikin tetangga sebelah bisa nonton Doni makan mie instan sambil ngelamun. Tapi ya sudahlah.
Ini namanya “Sacrifice for Ventilation” – Kadang kenyamanan harus dikorbankan demi udara segar.
Langkah kedua: Taruh Garam di Pojokan Kamar
Garam, bukan buat masak, tapi buat nyerap kelembapan. Doni beli garam kasar sekilo, taruh di mangkuk, dan simpen di tiap pojokan kamar. Hari pertama? Garamnya tetap kering. Hari ketiga? Garamnya berubah jadi bubur. Artinya? Kamar Doni emang lembap banget.
Ini namanya “Low Budget, High Impact” – Ketika garam jadi senjata rahasia lo!
Langkah ketiga: Jangan Jemur Baju di Dalam Kamar!
Ini nih kebiasaan sakral anak kost: jemur baju di kamar karena malas turun ke jemuran umum. Tapi Doni sadar, tiap dia nyuci dan jemur di kamar, kelembapan makin jadi. Jadi, dia pun mulai angkut bajunya keluar, walau harus rebutan jemuran sama anak-anak lantai dua.

Ini namanya “Change the Habit” – Perubahan kecil bisa mengubah ekosistem!
Langkah keempat: Pakai Kipas Angin Strategis
Kipas Doni bukan sekadar alat pendingin, tapi jadi alat sirkulasi. Dia arahkan ke dinding dan lantai supaya udara gak diem di satu titik. Bonusnya, keringat Doni juga lebih cepat menguap pas tidur siang.
Ini namanya “Double Agent” – Satu alat, dua fungsi, banyak manfaat.
Langkah kelima: Pakai Baking Soda di Lemari
Tiap buka lemari, Doni disambut aroma antara jamur dan kertas basah. Dia pun taruh baking soda di wadah kecil dan masukin ke dalam lemari. Hasilnya? Bau apek berkurang, dan kaos oblongnya bisa napas lega lagi.
Ini namanya “Silent Protector” – Dia diam, tapi bekerja dalam senyap.
Langkah keenam: Pindahkan Barang-Barang dari Dinding
Ternyata, Doni suka tempel-tempel kertas, foto, bahkan kalender 2018 di dinding. Sayangnya, itu bikin sirkulasi udara ke dinding terhambat. Setelah dia copotin semuanya, dia nemuin jamur bintik-bintik di balik poster BTS. Shock, tapi juga tercerahkan.
Ini namanya “Revealing the Truth” – Kadang yang lo kira dekorasi, ternyata penutup kejahatan.
Langkah ketujuh: Bersihin AC Portable Murahan Warisan Kakak Kos
Doni punya AC portable mini seukuran rice cooker. Katanya sih bisa nyedot uap air juga, tapi setelah dicek filternya, isinya debu, rambut, dan harapan yang patah. Dia bersihin, nyalain, dan… voila! Kamar jadi lebih enak dihirup.
Ini namanya “Maintenance Matters” – Alat yang baik, harus dirawat biar tetap berjasa.
Seminggu kemudian, kelembapan di kamar Doni turun dari 78% ke 62%. Nggak sempurna, tapi cukup buat tidur nyenyak dan ngurangin drama kulit gatal-gatal. Doni pun duduk di kursi plastik kebanggaannya, minum teh hangat sambil lihat tembok yang sekarang lebih kering dari chat mantan.
Ini namanya “Victory Lap” – Saat usaha kecil lo akhirnya berbuah hasil yang melegakan.
Kesimpulan dari kisah Doni?
Mengurangi kelembapan itu bukan soal duit banyak atau alat canggih. Tapi soal niat, akal, dan sedikit pengorbanan. Dan kadang, cara terbaik untuk bikin kamar kering… adalah dengan gak jadi malas.
Jadi, siapa yang lebih kuat dari kelembapan?
Doni. Dan kamu juga bisa.
Kalau kelembapan di kamar udah mulai ganggu, jangan tunggu sampai kasur kamu bisa tumbuhin lumut. Yuk, lawan kelembapan dengan gaya dan logika!