Di sebuah rumah sederhana, di tengah perumahan yang katanya “anti banjir”, tapi tiap hujan deras air tetap nyelonong masuk dari segala penjuru, tinggallah seorang pria bernama Darmawan. Bukan, bukan Darmawan pengusaha sukses. Ini Darmawan yang sukses bikin tembok rumahnya tumbuh jamur kayak kebun bibit.
Suatu sore, saat sedang menikmati teh hangat dan melihat dinding ruang tamunya yang mulai belang karena lembap, Darmawan mengelus dagunya. Bukan mikir dalam, tapi nahan kesel. Soalnya, udah dicat tiga kali, lembapnya tetep balik lagi kayak mantan yang susah move on.
Ini namanya “Persistent Problem” – Masalah yang setia lebih dari pasangan.
Saking jengkelnya, Darmawan pun memanggil tukang bangunan senior di kampungnya: Mang Karta. Orang bilang, Mang Karta itu ahli segala urusan rumah. Dari genteng bocor sampai pagar yang suka buka sendiri, dia punya cara.
Begitu Mang Karta lihat dinding Darmawan, dia cuma mengangguk pelan, seperti sedang baca novel misteri.
“Ini sih dindingnya bukan cuma lembap, Mas. Ini udah kayak spons,” katanya sambil ngetuk-ngetuk tembok.
Ini namanya “Professional Diagnosis” – Jangan sok tahu, mending tanya yang ngerti.
Lalu dimulailah momen penyelidikan ala CSI (Cek Sumber Infiltrasi). Mang Karta menyusuri dinding dari bawah ke atas, nyari retakan, ngintip celah kusen, bahkan sempet ngetes air dari luar pake gayung.
Kesimpulannya? Air rembes dari bawah tanah. Yup. Si air ngesot naik, ngalah-ngalahin hantu film horor.
“Lembap ini gara-gara kapilerasi, Mas. Air dari tanah naik ke dinding. Bukan karena hujan dari luar. Makanya cat lu pada ngelupas dan jamur betah tinggal.”

Ini namanya “Knowing the Root Cause” – Jangan obati gejala, cari sumber penyakit.
Darmawan langsung meringis. “Jadi gimana, Mang? Harus saya bakar nih rumah?”
Mang Karta ngakak. “Ya jangan, Mas. Itu namanya frustrasi, bukan solusi.”
Lalu dengan gaya tenang dan penuh wibawa, Mang Karta ngasih tiga langkah sakti:
Kerok Semua Cat yang Ngelupas
“Biar dindingnya bisa napas,” kata Mang Karta. Karena selama ini, si dinding tertutup lapisan cat kedap, airnya nggak bisa keluar, jadi numpuk di dalam. Ini bukan perawatan wajah, tapi konsepnya mirip: exfoliasi dulu baru skincare.
Gunakan Waterproofing Coating
Setelah dikerok, kasih lapisan anti-air yang emang khusus buat tembok bagian bawah. Mang Karta nyebutnya “serum dinding”. Katanya, kalau ini dipakai rutin dan benar, dinding bisa glowing bebas lembap. Jangan lupa, tunggu kering total sebelum lanjut langkah berikutnya.
Pasang Plester atau Panel Ventilasi Tambahan
“Kalau rumahnya nempel tanah langsung, kasih jarak. Biar dinding bawah bisa bernafas.” Dalam dunia kontruksi, ini namanya plester kedap air atau bahkan buat void (rongga) agar udara bisa muter dan nggak bikin lembap.
Ini namanya “Strategic Execution” – Gak cukup tahu, harus tahu cara ngerjain.
Tiga minggu kemudian, Darmawan kembali duduk dengan teh hangat yang sama, tapi kali ini sambil senyum. Dinding ruang tamunya kinclong, bebas jamur, dan wangi cat baru. Bukan karena mukjizat, tapi karena kerja keras dan ilmu dari Mang Karta.
Tapi di seberang rumah, tetangganya si Bu Erna, masih sibuk ngecat ulang dinding yang belang tiap dua bulan. Darmawan cuma manggut-manggut.
Ini namanya “Learn and Apply” – Jangan cuma dengar, tapi terapkan.
Moral dari kisah ini?
Jangan salahin hujan terus. Kadang masalah bukan datang dari luar, tapi dari dalam struktur rumah kita sendiri. Sama kayak hidup. Kadang yang bikin kita lembap itu bukan karena dunia luar terlalu keras, tapi karena kita belum tahu cara jaga ‘tembok hati’ biar tetap kering.
Jadi, kalau dinding rumah kamu mulai berjamur, jangan cuma semprot pewangi ruangan. Panggil ahlinya, bongkar pelan-pelan, perbaiki dari akar masalahnya.
Ini namanya “Fix the Foundation” – Biar gak cuma kelihatan bagus di luar, tapi kokoh di dalam.
Dan satu hal terakhir yang Darmawan pelajari:
“Lebih baik keluarin uang sekali untuk solusi permanen, daripada tiap bulan keluarin uang buat cat dan parfum tembok.”
Ini namanya “Smart Investment” – Jangan pelit buat yang jangka panjang.
Jadi, siapa yang sebenernya bersalah kalau tembok terus lembap? Hujan? Tukang cat? Atau… pemilik rumah yang gak mau cari tahu penyebabnya?
Ini namanya “Accountability” – Jangan lempar batu, kalau yang pegang gayung itu kita sendiri.
Siap nyoba cara Darmawan dan Mang Karta di rumah kamu? Atau masih mau semprot pewangi aja?