Di sebuah rumah tua peninggalan kakek buyut, tinggallah seorang pria bernama Danu. Hidupnya tenang, sederhana, dan hampir sempurna… kecuali satu hal: kelembaban.
Setiap pagi, sebelum sarapan, rutinitas Danu bukan cek notifikasi, tapi… ngelap embun di jendela dalam rumah. Iya, dalam, bukan luar. Bahkan ada saat di mana tembok kamarnya bisa dikira lagi olahraga… karena berkeringat sendiri.
Ini namanya “Ruangan Aktif Berkeringat” – seolah rumahmu ikut lari maraton tiap malam.
Danu sudah coba segalanya. Mulai dari membuka jendela selebar-lebarnya (yang justru bikin nyamuk masuk kayak arisan), sampai meletakkan semangkuk garam di pojokan (yang akhirnya dimakan tikus). Tapi kelembaban tetap bertahan. Tegar. Tak tergoyahkan.
Sampai akhirnya, di tengah keputusasaan, datanglah tokoh penyelamat: Ucup, temannya sejak kuliah, yang sekarang kerja di toko elektronik.
“Nu, rumah lo kayak hutan tropis. Gue masuk 5 menit, baju gue udah kerasa kayak abis sauna,” katanya sambil ngecek dahinya yang basah.
Danu jawab pelan, “Gue juga udah mikir mau sewa pawang hujan, Cup.”
Dan dimulailah misi suci mereka: Mengusir kelembaban dari hidup dan hunian.
Langkah 1: Periksa Ventilasi – Jangan Bikin Ruangan Jadi Penjara Uap
Ucup ngelilingin rumah kayak detektif. “Ventilasi lo kurang, Nu. Ruangan butuh napas. Kalau nggak, udara lembab cuma muter-muter kayak mantan yang belum move on.”
Jendela yang kecil dan jarang dibuka bikin udara lembab terjebak. Solusinya?
Buka jendela tiap pagi. Tambah exhaust fan kalau perlu.
Ini “Let It Flow Philosophy” – udara juga butuh kebebasan.
Langkah 2: Pakai Dehumidifier – Alat Paling Jujur di Dunia
“Lo harus beli dehumidifier, Nu. Ini alat bisa ngisep kelembaban lebih efektif daripada lo ngelap pakai handuk bekas,” kata Ucup sambil nyodorin katalog.
Danu sempet mikir, “Ini alat ngisep air dari udara? Wah, jangan-jangan ini kerabat jauh vacuum cleaner…”
Tapi setelah beli dan nyalain semalam, hasilnya nyata. Bak penampung airnya penuh, dan udaranya jadi ringan.
Ini “Technology That Sucks… In a Good Way.”

Langkah 3: Hindari Menjemur Baju di Dalam Rumah
Danu punya kebiasaan: nyuci malam, jemur pagi… di ruang tamu.
“Lo gila ya? Lo basahin ruangan tiap hari!” Ucup geleng-geleng.
“Aduh, Cup, di luar takut kehujanan.”
Ucup hanya menatap nanar, “Kelembaban lo makin parah karena lo sendiri. Ini namanya sabotase dari dalam.”
Solusinya? Pakai rak jemur lipat di luar atau pasang atap tambahan.
Ini “Outdoor is The New Indoor” – baju harusnya jemur di luar, bukan diajak nginap bareng kulkas.
Langkah 4: Gunakan Bahan Penyerap Lembab Alami
Ucup ngasih tips kuno yang ternyata masih ampuh: taruh arang atau kapur tohor di pojokan ruangan.
“Kapur ini bukan buat nulis di papan, tapi nyerap kelembaban kayak kamu nyerap kenangan,” ujar Ucup bijak.
Danu terdiam, terkenang mantan. Tapi tetap naruh kapur.
Ini “Old School, Still Cool” – cara lama yang tetap relevan.
Langkah 5: Periksa Sumber Kelembaban dari Luar
Ternyata tembok kamar Danu nempel langsung ke tanah kosong di luar. Dan tiap musim hujan, air tanah meresap masuk.
“Ini kayak mantan yang nggak bisa move on – nyusup terus dari belakang,” kata Ucup.
Solusinya? Lapisi dinding luar dengan waterproof coating.
Kalau perlu, gali sedikit dan kasih lapisan batu kerikil sebagai penghalang air.
Ini “Shield the Fortress” – jangan biarkan musuh masuk sebelum perang dimulai.
Langkah 6: Perhatikan Furnitur dan Karpet
Ternyata karpet tebal di kamar Danu juga ikut nyerap kelembaban. Setiap diinjak, ada sensasi ‘dingin dan becek’ yang bikin bulu kuduk berdiri.
“Lo tidur di kamar atau di rawa, sih?” Ucup bertanya serius.
Akhirnya, karpet diangkat, lemari dijauhkan dari tembok, dan udara mulai bisa bergerak bebas.
Ini “Furniture Feng Shui” – posisi menentukan kondisi.
Penutup: Rumah Kering, Hati Tenang
Tiga minggu kemudian, rumah Danu berubah. Tidak ada lagi bau apek, jendela bening tanpa embun, dan udara pagi terasa segar. Bahkan tetangganya nyeletuk,
“Nu, lo pasang AC ya? Kok adem banget sekarang.”
Danu cuma senyum. Dalam hati dia mikir,
“Bukan AC, Bu. Tapi niat, usaha, dan sahabat yang peduli.”
Jadi, bagaimana cara menghilangkan kelembaban ruangan?
Bukan cuma soal beli alat atau pakai bahan mahal. Tapi soal mengenali sumber masalah, bersikap konsisten, dan tahu kapan harus minta bantuan.
Dan tentu saja, jangan lupa: kelembaban bukan musuh yang tak terkalahkan. Dia cuma bandel. Tapi masih bisa dibujuk.
Ini namanya “Humidity? We got this!”
Karena rumah yang sehat bukan rumah yang mahal…
Tapi rumah yang kering, nyaman, dan bebas dari kesan habis kehujanan di dalam.