Di sebuah kantor yang penuh deadline dan aroma kopi sachet, duduklah seorang pria bernama Darma. Umurnya belum tua-tua amat, tapi kepalanya udah berasa lansia tiap kali migrain menyerang. Yang lebih seram, kali ini migrainnya bonus: vertigo. Iya, muter-muter kayak habis naik kora-kora tapi tanpa tiket.

Hari itu, Darma baru aja kelar meeting Zoom yang berasa ujian skripsi. Baru mau rebahan, tiba-tiba kepalanya muter kayak kipas angin rusak. Dia langsung pegang meja sambil merem.

“Woy, lo kenapa?” tanya Iwan, rekan kerjanya yang sok perhatian tapi lebih sering nyontek kerjaan.

“Migrain… terus muter… dunia berasa goyang, tapi bukan dangdut,” sahut Darma dengan suara lirih, seolah habis adu jotos sama kenyataan.

Ini namanya Verti-grain Combo – Migrain dan vertigo saling gandeng tangan, bikin lo ngerasa kayak pelancong mabuk laut di daratan.

Step 1: Stop Panik, Start Duduk Manis

Saat dunia berputar, hal pertama yang Darma lakukan adalah… teriak, “TOLONG!”
Tapi sayangnya, itu justru bikin badannya makin goyah dan jantung deg-degan.

Ini pelajaran pertama:
“Jangan panik, itu bikin vertigo makin joget-joget.”
Darma akhirnya duduk pelan, nunduk sedikit, dan narik napas panjang. Katanya sih ini biar cairan di telinga dalam gak ikutan cosplay jadi roller coaster.

Ini namanya Center Yourself – Tenangkan badan biar sinyal otak nggak makin ngaco.

Step 2: Tutup Mata, Bukan Tutup Akal

Iwan, yang merasa paling update karena sering scroll TikTok kesehatan, nyodorin tips:

“Bro, coba tutup mata. Terus bayangin pantai. Air laut. Udara sejuk. Jangan bayangin utang, ntar makin pusing.”

Darma coba, dan ternyata… berhasil ngerem muternya walau belum sepenuhnya hilang.

Ini namanya Visual Reset – Kalau dunia muter, lo aja yang berhenti ngeliat dunia.

Step 3: Cari Pojokan, Bukan Drama

Darma pun geser pelan-pelan ke pojok ruangan. Duduk bersandar, nafas diatur, tangan di dada bukan buat drama, tapi buat cek detak jantung sendiri.

Ini bukan adegan sinetron. Ini teknik grounding: biar tubuh sadar kalau dia masih ada di bumi, bukan di Jupiter.

Ini namanya Safety Zone – Kadang lo butuh tempat tenang, bukan omongan orang.

Step 4: Minum Air, Bukan Obrolan Toxic

Iwan, lagi-lagi sok solutif, dateng bawa air putih.

“Minum nih. Bukan kopi. Bukan teh. Apalagi chat mantan. Itu semua pemicu vertigo lo.”

Darma nyengir. “Mantan lo juga, ya?”

Air putih diminum pelan-pelan. Ternyata emang benar, dehidrasi bisa memperparah migrain. Dan kalau otak udah kayak spon kering, ya siap-siap aja pusing tujuh keliling.

Ini namanya Hydrate or Suffer – Tubuh bukan robot, dia butuh bensin juga.

Step 5: Obat Itu Teman, Tapi Jangan Ketergantungan

Akhirnya, Darma minum obat dari dokternya. Tapi dia inget pesen penting:
“Obat bukan superhero. Dia bantu, tapi lo tetap harus jaga pola hidup.”

Migrain dan vertigo tuh kadang kayak pasangan toxic: kalau udah dateng bareng, susah kabur. Tapi kalau tahu cara hadapin, mereka bisa lo kendaliin.

Ini namanya Know Your Enemy – Kalau lo tahu pola serangan mereka, lo bisa siap-siap jadi pemenang.

Step 6: Hindari Trigger, Bukan Cari Masalah

Darma mulai evaluasi hidupnya. Makan nggak teratur, tidur kayak kelelawar, dan kerja kayak budak korporat. Pantesan otaknya protes.

Jadi, dia mulai bikin perubahan: makan teratur, tidur cukup, dan kadang berani bilang “nggak” ke lembur dadakan. Karena katanya, migrain itu sinyal tubuh yang bilang: “Lo gak bisa terus kayak gini.”

Ini namanya Self-Respect – Tubuh lo bukan mesin ATM, harus dirawat juga.

Step 7: Yoga, bukan YOLO

Minggu berikutnya, Darma ikutan yoga. Bukan karena ikut tren, tapi karena pengen stabilin kepala dan hati.

“Pusing kepala bisa sembuh. Tapi pusing hidup? Nah itu perlu ketenangan batin,” katanya sambil nyengir.

Ini namanya Balance is Everything – Kepala muter bisa diatasi kalau hati gak ikut muter.

Penutup yang Menyadarkan

Vertigo akibat migrain bukan akhir dunia. Tapi dia bisa jadi alarm bahwa ada yang salah dari cara kita hidup. Darma, yang dulu cuek dan keras kepala, sekarang belajar dengerin tubuhnya. Dia gak mau cuma ngandelin obat, tapi juga mulai ubah kebiasaan.

Karena kadang, cara menghentikan vertigo itu bukan cuma soal obat. Tapi soal keberanian buat berhenti sejenak, dengar sinyal tubuh, dan mulai jadi manusia yang gak ngegas terus-terusan.

Ini namanya Reclaim Your Sanity – Kadang lo cuma butuh jeda, bukan drama.

Dan yang paling penting: jangan anggap remeh pusing. Karena bisa jadi, itu bukan cuma urusan kepala… tapi urusan hidup lo secara keseluruhan.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *