Di sebuah negeri penuh deadline, tempat karyawan hidup berdampingan dengan notifikasi Zoom dan Excel yang gak pernah tidur, hiduplah seorang pekerja kantoran bernama Dino.
Dino itu rajin. Terlalu rajin malah. Dari pagi sampai malam, matanya nempel terus ke layar monitor. Kalau bukan monitor kantor, ya layar HP. Kalau bukan HP, ya Netflix. Katanya sih, “Produktivitas adalah kunci sukses.” Tapi kenyataannya? Kepala dia sering berdenyut kayak irama lagu dangdut yang lagi konser di stadion.
Ini namanya “Digital Hangover” – Pusing bukan karena alkohol, tapi karena terlalu mesra dengan layar.
Suatu hari, Dino bangun pagi dan langsung merem lagi. Bukan karena ngantuk, tapi karena matanya nyut-nyutan dan cahaya lampu kamar terasa kayak sinar dewa yang turun langsung dari langit. Migrain, bro. Lagi kumat.
Dia pun akhirnya memutuskan ke dokter. Dokternya cuman nyengir, “Mas, ini mah bukan penyakit langka. Ini penyakit anak jaman now. Terlalu akrab sama gadget, tapi gak akrab sama istirahat.”
Ini namanya “Self-Inflicted Pain” – Luka yang lo ciptain sendiri, tapi ngeluhnya ke semesta.
Dino pulang dari dokter dengan tiga obat: tablet, salep, dan… saran. Tapi seperti kebanyakan manusia modern, saran itu langsung ia skip kayak iklan YouTube. Sampai akhirnya, saat kepala makin cenat-cenut dan mood kerja kayak kerupuk lembek, Dino mulai berubah pikiran.
Dia mulai riset. Googling kayak detektif, baca artikel sampe kebuka 17 tab. Ironisnya? Sambil menatap layar juga.
Ini namanya “The Cycle of Doom” – Nyari solusi migrain dari layar yang bikin migrain.
Akhirnya, setelah drama pencarian panjang, Dino menemukan beberapa jurus sakti yang mulai ia praktikkan. Mau tahu? Yuk, kita bongkar bareng!
- 20-20-20: Jurus Memandang Sejauh Pandang
Setiap 20 menit, Dino mulai memaksa diri buat memandang objek sejauh 20 kaki selama 20 detik. Awalnya canggung, tapi lama-lama nagih. Katanya, “Ternyata ngeliat pot bunga di balkon itu damai juga, ya.”
Ini namanya “Reset Your Eyes” – Kasih cuti buat mata lo, biar gak demo.
- Blue Light Filter: Dari Musuh Jadi Sekutu
Dulu Dino anggap mode night shift itu cuma estetika doang. Tapi sejak dia aktifin filter cahaya biru di semua device-nya, kepalanya udah gak sering berdendang. Layarnya jadi kekuningan, tapi penglihatan tetap cerahan.
Ini namanya “Modern Shield” – Teknologi juga bisa jadi penyelamat, asal tahu cara pake.

- No Screen Zone: Ruangan Suci Tanpa Gadget
Dino deklarasi: “Kamar tidur adalah zona suci. Gadget dilarang masuk!” Walau awalnya berat, terutama pas mau tidur, tapi kebiasaan itu bikin kualitas tidurnya naik. Migrain turun, mimpi malah makin indah.
Ini namanya “Digital Detox” – Kadang, yang paling kamu butuh bukan sinyal, tapi sunyi.
- Minum Air, Bukan Kopi Mulu
Dulu Dino kalau migrain, langsung ngopi. Katanya biar “melek”. Tapi dia lupa, kopi itu diuretik, dan kekurangan cairan justru bisa bikin kepala makin cenat-cenut. Sekarang dia rutin bawa botol minum. Bukan gaya-gayaan, tapi gaya hidup.
Ini namanya “Hydration Over Caffeine” – Kadang solusi bukan terletak di Starbucks, tapi di air galon.
- Pijat Ringan, Bukan Main Tangan
Dino langganan tukang pijat online. Tapi kalau lagi gak sempat, dia cukup pijat sendiri bagian pelipis dan leher belakang. Katanya, “Pijatan ini kayak kata maaf. Ringan tapi mujarab.”
Ini namanya “Therapeutic Touch” – Sentuhan kecil yang ngusir migrain besar.
- Istirahat yang Beneran Istirahat
Dulu waktu break, Dino main HP. Sekarang kalau break, dia jalan kaki keliling kantor, dengerin lagu instrumental, atau sekadar merem lima menit. Katanya, “Ternyata diem itu juga produktif, asal bukan diem pas ditanya atasan.”
Ini namanya “Quality Pause” – Bukan cuma jeda, tapi istirahat yang beneran nyegerin.
Beberapa bulan setelah semua kebiasaan baru itu diterapkan, migrain Dino makin jarang datang. Sekarang dia bisa kerja tanpa perlu sedia minyak angin di saku dan kopi di tangan.
Suatu hari, temen kantornya nyeletuk, “Bro, lo sekarang jarang ngeluh migrain ya?”
Dino cuman senyum sambil bilang, “Iya. Soalnya sekarang gue yang ngatur layar, bukan layar yang ngatur gue.”
Ini namanya “Taking Control” – Saat lo berhenti jadi korban dan mulai jadi pengendali.
Dan begitulah kisah Dino, si mantan budak layar, yang akhirnya jadi majikan dari kenyamanan hidupnya sendiri. Jadi, lo mau terus cenat-cenut atau mulai berubah?
Pilihan di tangan lo. Dan mata lo.
Penutup? Gampang.
Ini bukan soal gadget. Ini soal kita. Kadang, yang bikin sakit kepala bukan layar, tapi cara kita memperlakukannya. Layar gak salah. Yang salah, kita yang lupa berhenti.
Jadi, kalau migrain lo sering datang pas kerja atau scroll TikTok, mungkin itu bukan kutukan. Mungkin itu alarm tubuh yang bilang, “Bro, cukup dulu. Istirahat yuk.”