Di sebuah kampung kecil pinggir kota, tinggallah seorang ibu muda bernama Bu Darsi. Rumahnya sederhana, tapi penuh cinta dan… noda seelan di dinding. Ya, tiap musim hujan datang, dinding rumah Bu Darsi berubah jadi lukisan abstrak. Ada warna kuning, ada garis-garis cokelat, lengkap dengan aroma khas: bau lembab yang menyengat.

Anaknya yang masih SD pernah nanya polos, “Bu, ini dinding rumah kita kok kayak peta ya?”
Bu Darsi cuma senyum kecut.
“Ini bukan peta, Le. Ini hasil dari bocor dan seelan yang tak tertanggulangi sejak era dinosaurus.”

Ini namanya “Denial with Style” – Menolak kenyataan, tapi dengan cara elegan.

Lalu datanglah Pak Made, tetangganya yang hobi ngasih saran, meski gak diminta.
“Bu Darsi, kalau saya jadi panjenengan, saya pasti udah ngecat ulang pake cat anti bocor tuh. Mahal dikit, tapi kuat, Bu!”

Bu Darsi melirik dompet. Isinya tinggal resi belanja dan kartu arisan.
“Mahal dikit katanya… Duitnya aja tipis, Mas Made. Cat anti bocor itu kuat, tapi sayangnya dompet saya yang rapuh.”

Ini namanya “Budget is King” – Sebaik-baiknya solusi, tetap kalah sama kenyataan finansial.

Tapi tunggu dulu, dalam hidup selalu ada pahlawan. Suatu hari, datanglah si Tukang Bangunan bernama Bang Darto. Datang bukan karena dipanggil, tapi karena ngeliat dinding Bu Darsi kayak nyapa dari jauh: “Tolongin aku, Bang!”

Bang Darto ngelus dagu, gaya serius ala insinyur sipil yang pernah nguli di lima proyek gagal.
“Ini masalah klasik, Bu. Air nyerap dari luar, gak ada pelapis tahan air. Kudu disikat dulu, dikikis jamurnya, terus dilapisin waterproof coating sebelum dicat lagi. Bukan cat biasa, ya. Itu mah cuma make-up doang.”

Bu Darsi melongo.
“Berarti rumah saya udah kayak selebgram ya, Bang? Full filter, tapi pas hujan langsung luntur!”

Ini namanya “Cosmetic Fix vs Real Solution” – Bedain mana solusi beneran dan mana yang cuma kelihatan doang.

Akhirnya, dengan modal nekat dan hasil arisan bulan ini, Bu Darsi pun belanja: kuas, cat waterproof, dan semangat baru. Tapi masalahnya bukan cuma cat.
Setelah dinding dikikis, muncullah hal yang lebih horor: retakan halus di tembok yang selama ini disamarkan oleh jamur.

Bang Darto bersabda bijak:
“Nah, ini dia. Kadang dinding itu mirip manusia. Kelihatan baik-baik aja di luar, padahal di dalamnya retak-retak. Makanya harus jujur dan ditambal, Bu.”

Ini namanya “Mental Health for Walls” – Dinding juga butuh perawatan batin.

Proyek pun dimulai. Siang malam Bu Darsi ngikutin instruksi Bang Darto. Mulai dari bersihin dinding pakai sikat kawat, kasih primer anti-air, sampai ngeratain lapisan coating seperti nyemir sepatu jaman dulu.

Tetangga pun pada melongo.
“Bu Darsi jadi tukang sekarang?”
“Bukan, saya lagi jadi ibu negara bagian renovasi dinding.”

Ini namanya “Empowerment” – Ketika masalah bikin lo naik level.

Dan ketika musim hujan berikutnya datang…
Dinding Bu Darsi diam, kalem, elegan. Gak ada rembesan. Gak ada seelan.
Tetangganya pada nyamperin, ngelirik iri.
“Bu, ajarin dong cara bikin dinding tahan banting begitu?”
Bu Darsi cuma senyum, ngelirik langit-langit.
“Gak susah, kok. Yang penting lo niat, sabar, dan jangan pelit beli waterproof coating.”

Ini namanya “Sharing is Caring” – Bukan cuma dinding yang diselamatkan, tapi juga masa depan tetangga.

Tapi kisah ini gak berakhir di situ. Beberapa minggu kemudian, muncul berita di grup WhatsApp warga:
“PROMO CAT MURAH! Beli 1 gratis 1!”
Bu Darsi auto nyengir.
“Duh, kenapa gak dari kemarin-kemarin…”

Ini namanya “Life’s Timing is a Joke” – Ketika hidup suka ngetroll lo tepat setelah lo ngeluarin semua duit.

Tapi ya sudahlah. Yang penting dinding udah kinclong, hati tenang, anak gak lagi nanya kenapa tembok rumah mirip lukisan kontemporer.

Jadi kalau kamu tanya, “Bagaimana cara melindungi dinding dari seelan?”
Jawabannya bukan cuma soal cat anti bocor atau lapisan coating. Tapi soal niat, kemauan buat belajar, dan kemampuan buat ketawa waktu dapet bon belanja.

Karena pada akhirnya…
Dinding itu cermin hidup lo. Kalau lo rawat dia baik-baik, dia bakal jagain lo juga.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *