Di suatu pagi yang cerah, tepat setelah alarm bunyi untuk ketiga kalinya, Dito bangun sambil meringis. Bukan karena kesiangan atau lupa deadline—tapi karena kepalanya berdenyut sebelah kanan. Rasanya kayak ada tukang bangunan lagi kerja lembur di dalam tengkorak.

“Waduh, migrain nih,” gumamnya sambil pegang pelipis.

Ibunya lewat sambil bawa teh manis, terus nyeletuk, “Minum teh dulu, Dit. Itu pasti vertigo, kayak tetangga sebelah. Kalau bangun langsung pusing, itu vertigo namanya.”

Dito langsung bengong.
“Lho, emang migrain itu vertigo ya?”
Nah, di sinilah cerita ini bermula…

Ini Namanya “Salah Kaprah Nasional”
Migrain dan vertigo itu ibarat dua orang beda yang sering dikira kembar. Padahal jelas-jelas mereka punya gaya pusing yang beda. Tapi karena sama-sama bikin kepala pening, banyak orang Indonesia—termasuk Bu RT dan sepupunya Dito—menyatukan mereka dalam satu grup WA bernama “Penyakit Kepala Seribu Rasa”.

Migrain itu jenis sakit kepala. Biasanya nyut-nyutan di satu sisi, bisa kanan, bisa kiri. Kadang sampai bikin mual, nggak kuat lihat cahaya, dan suara berisik rasanya kayak konser rock di dalam kepala.

Vertigo beda lagi. Ini bukan sekadar pusing, tapi kayak dunia muter, seolah-olah kamu naik komidi putar padahal lagi duduk diam. Kalau migrain kayak ditabok dari dalam, vertigo kayak digoyang dari luar.

Ini Namanya “Kenali Musuhmu”
Migrain biasanya datang diam-diam, kayak mantan yang tiba-tiba minta balikan. Bisa dipicu karena stres, kurang tidur, kelaparan, atau bau parfum yang terlalu menyengat. Sedangkan vertigo seringkali muncul gara-gara masalah di telinga bagian dalam, kayak BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo), infeksi, atau gangguan saraf.

Ciri khas migrain? Sakit kepala berat sebelah.
Ciri khas vertigo? Dunia kayak goyang dangdut koplo nonstop.

Ini Namanya “Jangan Sok Diagnosis Sendiri”
Banyak orang ketika pusing langsung ambil kesimpulan: “Ini pasti vertigo!” atau “Ini pasti migrain!”
Tapi ternyata…
Itu cuma karena kamu nonton satu video TikTok dari akun dokter palsu yang followers-nya baru 12.

Sama kayak kamu nggak boleh mengira orang pakai jas berarti dia dokter (bisa jadi debt collector), kamu juga nggak boleh mengira semua pusing itu migrain atau vertigo. Beda gejala, beda penyebab, beda pula penanganannya.

Migrain? Bisa butuh obat anti-nyeri, tidur cukup, dan menjauhi pemicu.
Vertigo? Kadang butuh latihan khusus kayak manuver Epley, atau bahkan obat penenang agar bumi berhenti goyang.

Ini Namanya “Pusing Akut Level Nasional”
Dito akhirnya pergi ke klinik. Setelah diperiksa, dokter bilang, “Kamu kena migrain, Mas. Bukan vertigo. Tapi memang bisa aja orang migrain merasa kayak dunia muter karena efek mual dan pusingnya. Makanya sering ketuker.”

Lalu dokter nulis di catatan medis: Pasien mengalami migrain, bukan vertigo. Tapi karena terlalu banyak denger pendapat dari grup keluarga, pasien jadi overthinking.

Ini Namanya “Jangan Suka Asumsikan”
Nah, ini penting. Kita sering suka ngeklaim sesuatu tanpa paham. Kayak nyebut semua air berkarbonasi itu soda padahal ada air mineral sparkling. Atau semua musisi Korea itu BTS (padahal BLACKPINK juga manusia). Begitu juga migrain dan vertigo—dua diagnosis medis yang sering kita campur aduk seenak udel.

Cuma karena sama-sama pusing, bukan berarti mereka saudaraan.

Ini Namanya “Konsultasi Lebih Baik Daripada Sok Tahu”
Akhirnya Dito pulang, lebih lega, dan bawa segudang tips dari dokter. Ibunya masih keukeuh, “Tapi kayak vertigo, Dit. Soalnya tetangga kita pusingnya juga gitu.”

Dito cuma senyum, terus jawab, “Iya, Bu. Tapi kata dokter ini migrain. Beda jalur.”

Dan ibunya pun membalas sambil nyeruput teh, “Ya udahlah. Yang penting jangan lupa minum air putih.”

Ini namanya “Mother Knows Best”—walaupun kadang cuma intuisi, tapi tetap ngena di hati.

Kesimpulannya?
Migrain dan vertigo itu bukan kembar siam. Mereka beda rumah sakit. Migrain lebih ke nyut-nyutan berat sebelah dan bisa disertai gejala sensorik. Vertigo lebih ke sensasi dunia muter, kayak kamu jadi korban prank gravitasi.

Kalau kamu pusing dan nggak yakin itu migrain atau vertigo, jangan tanya ke tukang ojek atau grup WhatsApp keluarga besar. Mending ke dokter. Soalnya kadang yang bikin makin pusing bukan penyakitnya, tapi komentar orang-orang sekitar.

Ini namanya: “Lebih baik jelas daripada nebak-nebak.”

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *