Di suatu malam yang penuh rasa nyut-nyutan, seorang manusia biasa bernama Rika mendadak merasa dunia ini terlalu terang, suara kipas angin terlalu berisik, dan notifikasi HP terlalu berisik.

“Kenapa sih, hidup ini tidak bisa senyap sesaat aja?” gumamnya sambil memeluk bantal dengan ekspresi antara tersiksa dan pengen kabur ke bulan.

Migrain, ya… teman lama yang tak diundang, tapi suka nongol pas lagi stres, kurang tidur, atau habis makan cokelat kebanyakan. Tapi anehnya, saat migrain menyerang, tangan Rika tetap saja gatal buat buka HP. Bukan buat kerja. Bukan juga buat cari obat. Tapi buat… scroll TikTok.

Ini namanya “Insting Modern” – Walaupun kepala berdenyut, jempol tetap aktif.

Baru lima menit scroll, migrainnya makin menjadi-jadi. Tapi rasa penasaran menang. Ada video kucing nyanyi lagu dangdut, mana bisa di-skip? Kepala cenat-cenut pun bukan alasan untuk nggak update.

Sampai akhirnya, Rika mengeluh:
“Duh, kenapa migrainku nggak sembuh-sembuh sih?”
Padahal penyebabnya udah kayak terang-benderang di depan mata: si HP.

Ini namanya “Self Sabotage” – Musuh terbesar kita kadang kita sendiri.

Tapi mari kita coba bedah kasus ini secara lebih ilmiah—dengan gaya yang tetap receh, tentunya.

Pertama, mari kita bahas si penyebab migrain.
Migrain itu bukan cuma sakit kepala biasa. Dia datang bawa rombongan: mual, mata silau, dan kadang benci sama suara-suara. HP, dengan cahayanya yang terang, kontennya yang padat, dan notifikasinya yang tiada henti, jadi kayak bensin yang disiram ke api migrain.

Maka, saat kamu lagi migrain dan tetap maksa main HP, itu namanya “Ngajak Ribut Sama Otak Sendiri.”

Kedua, soal niat dan akal sehat.
Kadang orang main HP bukan karena penting, tapi karena kebiasaan. Kayak refleks: bangun tidur buka HP, sebelum tidur buka HP, lagi sakit kepala pun… buka HP.
Ini namanya “Habitual Hustle” – Tanpa sadar, kita kerja rodi jadi budak konten.

Padahal dokter-dokter, dari yang lulusan Harvard sampai Puskesmas, udah bilang:
Kalau migrain, kurangi paparan layar. Cahaya biru dari layar HP bisa memperparah nyeri kepala, bikin mata makin tegang, dan bikin proses pemulihan jadi lebih lambat.

Jadi, kalau kamu tanya: “Apakah boleh main HP saat migrain?”
Jawabannya adalah:
Secara medis? Tidak.
Secara logika? Nggak banget.
Secara kebiasaan? Masih sering, sih. Tapi yuk berubah.

Ini namanya “Knowing The Truth But Still Ignoring It” – Tahu salah tapi tetap dilakuin.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan saat migrain?
Daripada main HP, mending kamu:

  • Istirahat di ruangan gelap
  • Tutup mata, tarik napas dalam-dalam
  • Minum air putih, bukan kopi
  • Pakai kompres dingin di kepala

Dan yang paling penting: jauhkan HP sejauh-jauhnya

Kalau kamu bisa menahan godaan buat buka HP selama 30 menit aja, tubuhmu akan kasih hadiah: rasa lega perlahan muncul.

Ini namanya “Delayed Gratification” – Menunda kesenangan demi pemulihan yang sesungguhnya.

Tapi tenang, bukan berarti kamu harus hidup kayak zaman batu setiap kali migrain. Teknologi itu bukan musuh, asal dipakai dengan bijak. Kadang malah bisa jadi penyelamat, asal kontennya tepat.

Misalnya:

  • Dengerin musik relaksasi lewat speaker
  • Meditasi dengan panduan suara
  • Atau catat gejala migrain di aplikasi kesehatan

Itu namanya “Using Tech Wisely” – Pakai teknologi, bukan dipakai teknologi.

Rika, tokoh utama kita tadi, akhirnya sadar. Setelah tiga kali migrain dalam seminggu dan selalu kambuh tiap habis buka HP, dia nekat ambil langkah berani: uninstall aplikasi media sosial buat sementara.

Hari pertama, dia gelisah.
Hari kedua, mulai tenang.
Hari ketiga, eh… kepala udah nggak cenat-cenut.

Ini namanya “Digital Detox” – Kadang kita butuh jarak, bukan pelukan. Bahkan dari benda yang setiap hari kita genggam.

Kesimpulannya?
Main HP saat migrain itu ibarat nyiram minyak ke luka bakar. Boleh? Ya, boleh sih… kalau kamu emang suka tersiksa. Tapi kalau kamu sayang otak, sayang mata, dan sayang harapan hidup sehat jangka panjang, maka jawabannya jelas: jangan.

Karena di zaman sekarang, menjaga kesehatan itu bukan cuma soal makan sayur dan olahraga. Tapi juga soal tahu kapan harus log out.

Dan itu… adalah “The Real Self-Care.”

Penulis:
Seseorang yang pernah migrain hanya gara-gara scroll komentar netizen.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *