Di sebuah kantor kecil yang penuh deadline dan tumpukan berkas, Rina duduk mematung. Tangannya yang biasa cekatan mengetik laporan, kali ini malah sibuk mijit-mijit pelipis.
“Pusing banget, sumpah. Kayak otak gue dijepit pakai tang kombinasi,” gumamnya sambil melirik jam dinding.
Ini bukan pertama kalinya Rina kena serangan sakit kepala. Tapi kali ini, rasanya beda. Lebih nyut-nyutan. Lebih dramatis. Lebih cocok jadi sinetron jam tujuh.
Kita semua pasti pernah ada di posisi Rina. Entah gara-gara stres kerjaan, kurang tidur, kelamaan mantengin layar, atau… mantan yang ngabarin buat ngajak balikan. Sakit kepala memang nggak pilih-pilih korban. Tapi, pertanyaannya: pas sakit kepala nyerang, kita harus ngapain?
- “Jangan Panik, Minum Air Dulu” – Basic Tapi Ngangenin
Kebanyakan dari kita lupa satu hal penting: hidrasi.
Sakit kepala sering muncul gara-gara tubuh kita kekurangan cairan. Bukan karena kamu kurang sayang, tapi karena kamu kurang minum.
Langkah pertama: ambil air putih. Teguk pelan-pelan. Bukan teh manis, bukan kopi susu kekinian. Cukup air putih.
Ini namanya “Simple is Powerful” – Kadang hal paling dasar justru yang paling ampuh.
- “Stop Semua Aktivitas. Rebah Dulu, Boss.” – Reset Otakmu
Saat kepala berdenyut, jangan sok kuat. Nggak usah ngotot ngetik laporan sambil nyengir kesakitan. Itu bukan dedikasi, itu menyiksa diri.
Cari tempat yang tenang. Duduk atau tiduran sebentar. Pejamkan mata. Tarik napas dalam, buang pelan.
Ini bukan meditasi, ini pertolongan pertama.
Namanya “Mental Reboot” – Otak juga butuh jeda, bukan cuma laptop yang perlu restart.
- “Mijit Pelipis, Tapi Jangan Kayak Lagi Mau Nyumpahin Orang”
Pijatan lembut di pelipis bisa bantu meredakan ketegangan. Tapi pelan aja ya, bukan kayak mijit setang motor mogok.
Tekan titik antara alis, pijat melingkar selama 30 detik, ulang di sisi lainnya.
Kalau mau lebih niat, coba cari titik akupresur di tangan – namanya titik LI-4. Letaknya di antara jempol dan telunjuk.
Pijat bagian itu sambil istighfar, siapa tahu sambil hilang pusingnya, hati juga adem.
Ini namanya “Touch Therapy” – Sentuhan bisa menenangkan, bahkan sebelum obat bekerja.

- “Turunkan Brightness Layar. Kamu Bukan Vampire, Tapi Sakit Kepala Nggak Tahan Terang”
Layar HP dan laptop bisa jadi pemicu. Apalagi kalau brightness-nya lebih cerah dari masa depan yang kita belum punya.
Turunin dulu tingkat kecerahan, atau kalau bisa: jauhi layar sebentar.
Mata dan otak kita saling terhubung. Kalau mata lelah, kepala ikut-ikutan ngambek.
Ini namanya “Digital Detox Mini Version” – Sekali-sekali jauhi gadget, biar kepala bisa nafas.
- “Kompres Dingin vs Kompres Hangat. Pilih Sesuai Mood”
Kadang yang kita butuhin cuma sensasi dingin di dahi. Ambil kain bersih, basahi pakai air dingin, tempel di kening.
Atau, kalau kamu tipe orang yang merasa damai dengan kehangatan, coba kompres hangat di belakang leher.
Dingin bantu mengurangi pembengkakan pembuluh darah. Hangat bantu melemaskan otot.
Ini namanya “Adaptasi Sembuh” – Semua orang beda, dan begitu juga cara menyembuhkan diri.
- “Kalau Masih Kambuh, Minum Obat. Tapi Jangan Sembarangan.”
Obat itu bukan musuh. Tapi juga bukan teman yang bisa kamu panggil tiap lima menit.
Kalau sakit kepala masih bandel, baru deh minum parasetamol atau ibuprofen. Tapi… baca aturan pakainya. Jangan mentang-mentang “sakit banget”, kamu minum dua sekaligus sambil nonton drama Korea.
Ini namanya “Know Your Limits” – Tubuh punya batas, dan kita juga harus ngerti kapan butuh bantuan dari luar.
- “Cari Akar Masalahnya. Jangan Cuma Obati Gejalanya.”
Oke, kamu udah minum air, udah mijit, udah rebahan. Tapi kok sering banget kambuh?
Mungkin sakit kepalamu bukan cuma soal fisik. Bisa jadi karena stres. Kurang tidur. Atau karena kamu terlalu sering ngalah dalam hidup.
Coba evaluasi: tidur cukup nggak? Sarapan jalan terus? Beban kerja nggak kemanusiaan?
Ini namanya “Root Cause Warrior” – Sembuhin yang dalam, jangan cuma permukaan.
Akhirnya Rina pun berdiri dari kursinya. Mukanya udah lebih adem. Air putih udah tandas, pelipis udah dipijat, dan file kerjaan? Ya… masih kosong. Tapi yang penting kepala udah nggak nyut-nyutan.
“Kadang, pertolongan pertama itu bukan soal obat, tapi soal kasih waktu buat diri sendiri,” gumamnya pelan sambil tersenyum kecil.
Dan kamu, kalau nanti tiba-tiba sakit kepala, jangan buru-buru panik. Ingat langkah-langkah ini. Siapa tahu, kamu bisa jadi ‘dokter dadakan’ buat diri sendiri – tanpa harus ke IGD atau telpon mantan.
Karena dalam hidup, yang paling penting itu:
“Tau cara sembuh sebelum cari siapa yang harus disalahin.”