Di sebuah rumah kontrakan yang temboknya udah kusam dan dindingnya tipis kayak hati mantan, seorang karyawan bangun dengan kepala cenat-cenut. Namanya Dodi, usia 32 tahun, status migrain kambuhan.

Baru jam 7 pagi, tapi dunia udah terasa muter kayak naik komidi putar murah. Dodi garuk-garuk kepala yang bahkan disentuh aja udah bikin ngilu.

“Kenapa ya, tiap habis makan sosis sama minum kopi sachet, kepala gue kayak ditabok gorila?” tanyanya dalam hati sambil nahan mual.

Ini namanya “Painful Pattern Recognition” – Ketika hidup ngajarin lo buat mikir, bukan sekadar ngunyah.

PANTANGAN 1: SI MANIS PENYAMPAH OTAK
Cokelat. Manis. Menggoda. Dan ternyata, berbahaya.

Buat penderita migrain, cokelat tuh kayak mantan posesif—nampaknya manis, tapi bikin hidup keliyengan. Kandungan kafein dan feniletilamin di dalamnya bisa meledakkan kepala kayak petasan banting.

Ini namanya “The Sweet Betrayal” – Nggak semua yang bikin bahagia di lidah itu setia di kepala.

PANTANGAN 2: SANG PENYEDAP YANG MERUSAK
“Tambah MSG dikit ya, biar gurih!”

Gurih sih iya. Tapi buat otak penderita migrain, itu kayak ngasih bensin ke api unggun. Satu sendok kecil bisa bikin Dodi tengkurap depan kipas, meratapi hidup sambil matanya merem sebelah.

Ini namanya “Flavor vs Favor” – Rasa boleh menang, tapi kepala bisa kalah.

PANTANGAN 3: MINUMAN ELEGAN, PENYEBAB DERITA
Anggur merah katanya simbol kemewahan. Tapi buat Dodi? Itu tiket masuk ke neraka kepala.

Histamin dan tanin dalam wine bikin aliran darah di otak joget-joget tak terkendali. Satu gelas? Bisa bikin semalaman nonton langit-langit rumah.

Ini namanya “The High Cost of Class” – Gaya boleh mewah, tapi deritanya nyampe ke ubun-ubun.

PANTANGAN 4: KEJU TUA, MASALAH BARU
Dodi pernah beli keju cheddar aged 12 bulan. Katanya sih buat bekal nonton Netflix. Hasilnya? Tontonan batal, kepala ngilu, dan keju dibuang ke tong sampah.

Tiramin di keju tua itu semacam aktivator migrain. Mirip kayak teman yang suka gosip: kelihatannya biasa, tapi efeknya bikin chaos.

Ini namanya “Cheddar Catastrophe” – Keju bisa lebih jahat dari utang online.

PANTANGAN 5: LOMPAT MAKAN, JATUH KE LUBANG SAKIT
Pernah denger orang bilang, “Gue diet intermittent fasting nih!”
Dodi nyoba juga. Cuma dia lupa, buat orang migrain, skip makan itu kayak ngajak ribut sama otak.

Begitu perut kosong, gula darah turun, kepala langsung demo besar-besaran.

Ini namanya “Fasting Fiasco” – Beda antara nurunin berat badan dan nyiksa kepala sendiri.

PANTANGAN 6: STRES, PEMICU YANG TAK TERLIHAT
Deadline kantor, tagihan listrik, WA dari mantan. Stres datang dari segala arah.

Stres tuh ibarat hantu: nggak kelihatan, tapi efeknya nyata. Dan buat Dodi, stres adalah pemantik migrain paling brutal.

Ini namanya “Invisible Enemy” – Musuh yang nggak bisa lo pukul, tapi bisa bikin lo terkapar.

PANTANGAN 7: KOPI, SAHABAT BERWAJAH DUA
Pagi tanpa kopi? Katanya, hidup nggak afdol. Tapi buat Dodi, kopi itu semacam sahabat beracun.

Dikit-dikit bisa bantu, tapi begitu berlebihan? Kepala langsung jadi drum marching band.

Dan parahnya lagi, kalau udah biasa ngopi lalu stop mendadak, migrain juga datang.
Kayak pacar posesif: nggak bisa ditinggal, tapi nyiksa kalau bareng.

Ini namanya “Caffeine Conundrum” – Bingung mau nyapa atau tinggalin.

PANTANGAN 8: CAHAYA TERANG, BAU MENYENGAT, DAN SUARA RIBUT
Migrain bukan cuma soal makanan. Kadang, Dodi kena serangan gara-gara sinar matahari yang nyelekit, suara klakson tiga kali dalam semenit, atau parfum resepsionis kantor yang baunya kayak lem tikus campur bunga melati.

Ini namanya “Sensory Sabotage” – Semua pancaindra bisa berubah jadi musuh kalau udah migrain.

PANTANGAN 9: MAKANAN KALENG DAN OLAHAN, PEMBUNUH DI BALIK PRAKTIS
Buat anak kos seperti Dodi, sarden kaleng dan mie instan adalah sahabat sejati. Tapi setelah tiga hari berturut-turut makan itu, migrain datang dengan senyum lebar.

Pengawet, nitrit, dan sodium bomb di dalam makanan olahan bisa mengacaukan sirkulasi darah di otak. Praktis sih, tapi efeknya bisa bikin rebahan seminggu.

Ini namanya “Quick Food, Slow Recovery” – Cepat masaknya, lama sembuhnya.

KESIMPULAN: MIGRAIN ITU SEPERTI BOS YANG CEREWET
Migrain itu rewel. Sedikit salah makan, sedikit stres, sedikit cahaya lebih terang dari biasanya, boom! Kepala langsung nyut-nyutan kayak ada marching band di dalam tengkorak.

Solusinya? Ya bukan dengan pura-pura kuat. Tapi dengan ngerti diri sendiri.

Ini namanya “Know Your Trigger” – Karena mengenali musuh adalah setengah dari kemenangan.

Jadi kalau kamu seperti Dodi, jangan cuma berdoa dan minum obat. Perhatikan apa yang kamu makan, hirup, dengar, dan rasakan. Migrain bisa dicegah, asalkan kamu mau kenal siapa pemicunya.

Sebab, kadang yang bikin kita sakit itu bukan karena takdir… tapi karena kita keras kepala.

Ini namanya “Stubbornness Syndrome” – Penyakit paling umum di dunia manusia.

Kalau kamu pernah mengalami migrain dan bertanya-tanya, “Salah gue di mana?”
Jawabannya bisa jadi ada di piring makan siang lo tadi.

Jadi, mulai sekarang, bukan cuma jaga hati, tapi juga jaga kepala.
Karena migrain, kalau udah datang, nggak pake basa-basi.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *