Di sebuah kantor yang AC-nya kebanyakan gaya tapi minim perawatan, terjadi kehebohan nasional. Bukan karena rapat anggaran atau bocornya data klien. Tapi karena si AC kantor tiba-tiba mendadak jadi dingin banget tapi ngebul kering.

“Woy, siapa yang pencet mode DRY nih?! Gue udah kayak kerupuk tenggiri dijemur matahari!”
teriak Dani, si karyawan divisi IT yang biasa duduk di pojok dekat jendela.

Ini namanya “Overdry Situation” – Ketika niatnya bikin ruangan nyaman, malah jadi mirip gurun Sahara versi indoor.

Ternyata, ada satu orang yang merasa dirinya paling ngerti soal teknologi, si Bagas dari tim procurement, dengan bangga menjawab:
“Gue! Itu mode paling hemat listrik, Bos! Kan nggak pake banyak kompresor tuh, udah kayak mode ‘eco friendly’ AC!”

Ini namanya “False Saving Mentality” – Demi menghemat, lo lupa mikirin dampaknya.

Masalahnya bukan soal hemat atau nggaknya. Tapi begitu mode dry dinyalain seharian penuh, satu ruangan kantor berubah jadi ruang dehidrasi massal.
Pipit dari HR ngomel sambil nyemprot hidungnya dengan semprotan air:
“Hidung gue kering, tenggorokan seret, bibir pecah-pecah. AC ini mode dry atau mode keringkan manusia sih?”

Ini namanya “Collateral Dryness” – Ketika kelembapan ruangan dikorbankan, yang kena bukan cuma udara tapi kesehatan.

Gak berhenti di situ. Karena terlalu pede, si Bagas malah nyetel timer mode dry buat 8 jam non-stop. Katanya biar ruangan tetap stabil dan mesin AC gak cepat rusak.

Hasilnya?

Laptop Dani hang.
Printer ngambek gak mau nyetak.
Tanaman kantor yang biasa disiram tiap Senin mendadak gugur daunnya.

Ini namanya “Dry Domino Effect” – Keringnya udara bikin sistem kerja ikut ngadat, termasuk flora, fauna (alias kucing liar kantor), dan benda elektronik.

Lalu muncul si bos besar, Pak Raymond, dengan gaya elegan dan aroma kopi mahal.
Melihat anak buahnya mulai ngelap bibir pakai pelembap bibir dan saling pinjam nasal spray, dia pun bertanya:
“Lho, ini kantor apa ruang terapi sinus?”

Semua langsung menoleh ke Bagas.

Pak Raymond ngelus dagu, lalu nyeletuk:
“Dulu waktu saya kerja di Singapura, mode dry itu dipakai saat udara benar-benar lembap, biar ngilangin rasa gerah. Tapi bukan buat dipake kayak AC mode biasa, 24 jam non-stop!”

Ini namanya “Contextual Usage” – Fungsinya bagus, tapi harus dipakai sesuai konteks, bukan asal pencet dan pasrah.

Dani, yang tadinya udah niat resign karena udara kering, akhirnya menyadari satu hal.
“Bro, gue baca deh, katanya kalau terlalu sering pakai mode dry bisa bikin kulit kering, iritasi mata, bahkan memperparah alergi debu. Itu karena kelembapan yang terlalu rendah bikin partikel-partikel kecil makin mudah beterbangan.”

Ini namanya “Scientific Realization” – Ketika penderitaan fisik lo bikin lo jadi lebih rajin Googling daripada dosen kesehatan lingkungan.

Akhirnya, setelah rapat darurat departemen kenyamanan, diputuskan bahwa:

  1. Mode dry hanya boleh dinyalakan maksimal 1 jam sehari, itu pun saat musim hujan, dan dengan pengawasan tim HRD.
  2. Disediakan humidifier mini di setiap sudut ruangan, sebagai pelengkap setia si AC.
  3. Bagas dilarang menyentuh remote AC tanpa surat izin tertulis dari tiga manajer dan satu notaris.

Tapi yang paling penting, satu pelajaran berharga akhirnya disepakati bersama:

Mode dry itu kayak teh tawar panas—ada waktu dan tempatnya. Kalau lo minum pas siang bolong di padang pasir, ya jelas makin aus. Sama kayak nyetel mode dry tanpa liat kondisi ruangan. Alih-alih bikin nyaman, lo malah nambah derita!

Dan sejak saat itu, di kantor itu ada satu aturan tak tertulis tapi sangat sakral:
“Kenali fungsi, pahami konteks, baru pencet tombol.”

Karena di dunia modern yang penuh tombol ini, satu klik bisa bikin ruangan nyaman…
atau bikin satu kantor tumbang karena dehidrasi massal.

Ini namanya “Tech Wisdom” – Jadi pintar bukan cuma soal tahu tombol mana yang harus ditekan, tapi juga tahu kenapa lo menekannya.

Jadi, apa efek negatif dari AC mode dry?

Bukan cuma kulit kering atau mata perih. Tapi kalau dipakai asal-asalan, bisa bikin satu ruangan berubah jadi tempat pelatihan astronot NASA: minim kelembapan, penuh keluhan, dan tak ramah kehidupan bumi.

Sekian.

Dan jangan lupa, sebelum nyalain mode dry, pastiin kamu gak lagi bareng orang yang bawa humidifier kemana-mana.
Itu namanya “Menghormati sesama spesies.”

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *