Di sebuah gang sempit nan penuh perjuangan, tinggalah seorang bapak dengan jiwa tukang yang nyeleneh tapi penuh inovasi. Namanya Pak Parman. Orangnya sederhana, tapi otaknya kayak Google: selalu ada jawaban, walau kadang absurd.
Suatu hari, dinding rumahnya yang menghadap ke utara mulai ngambek. Cat ngelupas, tembok berjamur, dan bau apek mulai menguasai ruang tamu. Istrinya, Bu Rini, ngomel tiap pagi sambil nyapu serpihan tembok yang gugur kayak daun di musim gugur.
“Pak! Ini tembok makin parah! Besok-besok bisa tumbuh lumut kayak akuarium!” teriak Bu Rini sambil garuk-garuk kepala yang nggak gatal.
Pak Parman nggak langsung panik. Dia cuma nyeruput kopi, lihat dinding, lalu senyum-senyum sendiri. Dalam hati dia mikir:
“Ini namanya Challenge Accepted! – Kalo hidup kasih masalah, ya kita kasih solusi… murah.”
Solusi 1: Cat Anti Air Tapi Anti Dompet
Pak Parman pun jalan ke toko bangunan. Begitu liat harga cat waterproof, dia langsung mundur teratur. Matanya melotot kayak liat harga tiket konser artis Korea.
“Pak, ini cat atau cicilan motor?!” gumamnya dalam hati.
Ini namanya “Budget Reality Check” – Saat impian mulus ketemu realita kantong bolong.
Solusi 2: Wallpaper? Gakpapa, Asal Bukan Gopay
Temennya nyaranin pakai wallpaper vinyl biar dinding ketutup cantik. Tapi pas dicek harganya, jantung Pak Parman berdetak tidak teratur. Wallpaper-nya cantik, dompetnya jadi horor.
Akhirnya dia bilang:
“Ini rumah mau direnovasi atau ikut kontes interior Instagram?”
Ini namanya “Prioritizing Function Over Fashion” – Estetika penting, tapi nasi uduk tiap pagi lebih penting.

Solusi 3: Kardus Indomie, Si Penyelamat Murah Meriah
Setelah tiga malam merenung di teras sambil ngudud, muncullah ide brilian. Pak Parman ngelirik tumpukan kardus Indomie bekas yang biasa dikasih warung tiap habis belanja bulanan.
“Lah! Ini kan kertas tebal, kuat, gratis! Kenapa gak dimanfaatin?”
Besoknya, Pak Parman ambil lem kayu, gunting, cutter, dan mulai menempel kardus Indomie di dinding rumahnya. Istrinya melongo.
“Pak! Ini rumah mau ditutupin tembok atau jadi pameran mie instan?!”
Tapi Pak Parman yakin.
“Ini namanya Recycling with Purpose – Nggak semua yang murah murahan, kadang yang gratisan justru paling fungsional.”
Dan bener aja. Setelah ditutupin kardus, dinding lembabnya gak keliatan lagi. Malah jadi bahan pembicaraan tetangga.
Solusi 4: Poster Kaleng Roti dan Kalender Sisa Tahun Lalu
Biar makin estetik (versi Pak Parman), dia tempelin poster kaleng biskuit jadul, kalender bekas bergambar pemandangan, dan beberapa potongan majalah lama. Istrinya awalnya heran, tapi lama-lama malah senyum-senyum sendiri.
“Pak, kok jadi kayak rumah seni tahun 90-an ya?”
Ini namanya “Turning Trash into Flash” – Barang bekas kalau disusun dengan cinta, hasilnya bisa lebih indah dari interior mahal.
Solusi 5: Solusi Tambahan Buat Yang Mau Agak Serius
Buat tetangga yang nanya serius, Pak Parman juga kasih opsi:
- Semen instan dan acian tipis, murah dan bisa dibeli secukupnya.
- Tirai dari kain bekas, bisa nutup dinding plus jadi dekorasi.
- Triplek bekas peti buah, tahan lama dan bisa dicat ulang.
Tapi kata Pak Parman:
“Kalau pengen solusi permanen, ya perbaiki sumber lembabnya. Tapi kalau pengen solusi sekarang juga dan gak keluar duit, ya pakai akal!”
Ini namanya “Mind Over Moisture” – Kadang solusi bukan soal uang, tapi soal cara mikir.
Epilog: Dinding Lembab, Tapi Otak Tetap Kinclong
Kini, rumah Pak Parman jadi semacam legenda lokal. Anak-anak suka mampir liat “dinding rasa minimarket”, dan Bu Rini pun nggak ngeluh lagi—malah sering cerita ke ibu-ibu lain soal “inovasi Parman yang viral di RT”.
Moral dari cerita ini?
Kadang masalah bikin kita stress, tapi kalau kita berhenti sejenak dan berpikir di luar kotak (atau dari kotak, literally), ada aja jalan keluar.
Dan ya… mungkin bukan solusi yang bakal masuk acara TV rumah artis. Tapi buat rakyat biasa, yang penting: murah, bisa dikerjain sendiri, dan gak bikin kepala botak mikirin cicilan.
Ini namanya: “Creativity is Cheaper Than Cement” – Di dunia yang penuh tagihan, ide gila kadang jadi penyelamat utama.
Jadi, apa cara termurah menutupi dinding lembab?
Tanya aja ke Pak Parman.
Tapi siap-siap pulang bawa kardus Indomie.