Di sebuah rumah mungil di pinggir kota, tinggal seorang ibu rumah tangga yang rajin nyapu tapi males ngecat. Namanya Bu Erni. Tiap pagi, dia semprot lantai pake cairan wangi, lap kaca jendela sampai kinclong, tapi ada satu bagian rumah yang selalu dia abaikan: tembok yang mulai lembab.

Awalnya cuma noda kecil. Kaya bekas kopi yang tumpah, tapi naik ke tembok. Bu Erni cuek.
“Ah, paling nanti kering sendiri,” katanya sambil ngunyah kerupuk udang.
Ini namanya “Denial Stage” – ketika kita menolak kenyataan, meski udah nempel di depan mata (dan tembok).

Seminggu kemudian, noda itu berubah jadi motif. Motif jamur. Cantik sih… kalau kamu lagi buka Pinterest nyari inspirasi wall art. Tapi ini bukan seni. Ini koloni jamur bersatu untuk menghancurkan peradaban.

Tetangga sebelah, Pak Beni yang sok tau itu, datang sambil ngopi.
“Bu Erni, ini tanda rumah lembab loh. Bahaya. Bisa bikin cat ngelupas, jamuran, bahkan… ambruk.”
Bu Erni kaget. Bukan karena tembok lembab, tapi karena kopi Pak Beni lebih harum dari kopinya sendiri.
Ini namanya “Prioritas Salah Kaprah” – lebih peduli sama aroma tetangga daripada struktur rumah sendiri.

Beberapa minggu berlalu, dan tembok lembab itu mulai unjuk gigi. Cat mulai ngelupas. Bukan ngelupas biasa, tapi jatuhnya dramatis. Setiap ada suara motor lewat, serpihan cat berjatuhan seperti salju. Anak Bu Erni yang nonton Frozen sampai bersorak:
“Wow! Rumah kita jadi Arendelle, Bu!”

Ini namanya “Romantisasi Bencana” – ketika musibah disulap jadi dongeng demi ketenangan batin.

Masalahnya gak berhenti di estetika. Di balik tembok, pelan-pelan air meresap masuk. Kayak mantan yang dulu cuma “cuma teman”, tapi lama-lama merusak hubungan. Besi di dalam beton mulai korosi. Struktur mulai lemah. Dinding mulai retak.
Dan Bu Erni mulai panik… waktu lemari kayunya berjamur dan suaminya batuk-batuk tiap malam.

Ini namanya “The Real Consequence” – ketika dampak akhirnya lebih serius dari yang dibayangin waktu awal cuma dikira ‘basah doang’.

Coba kita breakdown apa sih akibat tembok lembab? Biar gak kayak Bu Erni yang telat sadar:

  1. Estetika rusak
    Cat ngelupas, jamur muncul, bahkan bau apek bikin rumah kayak gudang baju bekas. Kalau ada tamu, mereka bakal lebih fokus sama tembok ketimbang obrolan.
  2. Kesehatan terancam Jamur dan lembab = tempat favorit bakteri. Anak gampang flu, orang tua susah napas, alergi muncul. Bahkan bisa jadi pemicu asma.
  3. Kerusakan struktura Besi di dalam dinding bisa berkarat. Dinding bisa retak. Kalau dibiarkan, bisa roboh. Dan kalau udah roboh, yang ada bukan “frozen moment”, tapi “disaster moment”.
  4. Kehilangan nilai propert Mau dijual? Lupakan. Mau disewa? Ngimpi. Tembok lembab bikin orang mikir dua kali buat masuk, apalagi bayar.
  5. Biaya renovasi mahal Kalau dari awal diatasi, cukup dikeringkan dan dicat ulang. Tapi kalau udah parah? Bongkar, perbaiki struktur, pasang lapisan waterproof. Mahal, Bro. Mahal banget.

Suatu malam, saat sedang nonton sinetron dan nyuapin anaknya bubur, Bu Erni akhirnya sadar.
“Aku harus bertindak!” katanya dengan semangat.
Esok paginya, dia manggil tukang.

“Pak, tolong ini tembok saya lembab. Gimana caranya biar gak makin parah?”

Tukangnya, Pak Darto, garuk-garuk kepala. “Bu, ini harus dikikis dulu bagian yang rusak. Terus dikasih pelapis anti air. Kalau perlu, pasang ventilasi tambahan. Dan kalau bocor dari luar, harus dicek dari atap sampai saluran air.”

Bu Erni manggut-manggut. Dalam hati dia mikir,
“Kenapa gak dari dulu ya aku tanya Pak Darto…”
Ini namanya “The Wisdom of Late Realization” – lebih baik sadar telat daripada gak sadar sama sekali.

Minggu depannya, tembok udah bersih. Cat baru, bebas jamur, dan rumah jadi wangi. Anak-anak bisa main bebas. Suaminya berhenti batuk. Dan yang paling penting, Bu Erni bisa ngopi sambil tenang.
Tanpa perlu mikir jamur di dinding bakal muncul dan ngajak debat.

Jadi, kalau kamu sekarang lagi liatin noda lembab kecil di tembok sambil mikir, “ah… nanti juga kering,”
ingat cerita Bu Erni.

Karena ini bukan cuma tentang tembok yang basah. Ini tentang masa depan yang bisa keropos karena kelalaian kecil.

Ini namanya “Small Leak, Big Trouble” – Jangan remehkan tanda kecil, karena bisa jadi awal dari kerusakan besar.

Dan satu hal yang penting buat diingat:

“Lembab hari ini, ambruk besok.”
Jangan sampai rumah kamu jadi bukti nyatanya.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *