Di sebuah rumah kontrakan yang hanya muat dua orang tapi diisi lima, tinggalah seorang manusia biasa yang punya cita-cita luar biasa: sehat sepanjang tahun tanpa perlu ke dokter.
Namanya Andi. Karyawan swasta, anak kost, dan lulusan universitas kehidupan. Setiap pagi, ia punya ritual sakral: bangun kesiangan, ngopi sambil panik, dan buru-buru ke kantor sambil lupa satu hal penting… minum vitamin.
“Besok aja deh,” begitu pembelaannya tiap kali lihat botol vitamin nganggur di meja. Ironis, karena di hari yang sama, ia juga beli bubble tea 20 ribu, tapi bilang vitamin mahal padahal sebutirnya cuma 1.000 rupiah.
Ini namanya “Prioritas Terbalik” – Ngurus perut dulu, baru mikirin imun.
Vitamin C: Si Kecil yang Gampang Terlupakan
Andi punya stok vitamin C. Tapi udah dua minggu isinya sama, nggak berkurang sebutir pun. Setiap kali flu datang menyerbu, baru deh vitamin dikejar-kejar. Kayak mantan yang baru disayang pas udah jalan sama orang lain.
Padahal, vitamin C itu kayak satpam kompleks. Tugasnya jaga-jaga. Kalau sudah kecolongan, dia bukan superhero. Tapi selama tubuh sehat, dialah yang berjasa mencegah banyak hal.
Ini namanya “Proteksi Preventif” – Bukan buat pas sakit, tapi supaya nggak sakit.
Vitamin D: Sahabat Matahari yang Terlupakan
Hari Minggu pagi, Andi bangun jam 11 siang. “Mau tidur cukup biar sehat,” katanya. Tapi dia lupa, vitamin D nggak datang dari kasur, tapi dari sinar matahari.
Vitamin D itu penting banget buat imun dan tulang. Tapi gara-gara gaya hidup indoor dan matahari dianggap musuh make-up, banyak orang kekurangan vitamin ini tanpa sadar. Apalagi kerjaannya di balik meja, nge-zoom, dan ngemil.
Ini namanya “Kesehatan yang Ketutupan Gorden” – Sinar matahari bukan musuh, tapi sumber kehidupan.

Vitamin B Kompleks: Booster Energi yang Jarang Dipanggil
Andi pernah ngeluh, “Kok akhir-akhir ini gampang capek, ya?”
Padahal, jawabannya bukan kopi atau cuti, tapi vitamin B kompleks.
Vitamin B itu kayak panitia OSIS dalam tubuh: kerja di belakang layar, urus energi, metabolisme, sampai sistem saraf. Tapi karena nggak ada yang promosikan di iklan TV, dia dilupakan begitu saja.
Ini namanya “The Unsung Hero” – Nggak kelihatan, tapi krusial.
Zat Besi dan Seng: Duo Penopang Daya Tahan
Coba tanya Andi, “Kamu udah cukup zat besi belum?”
Pasti dia jawab, “Zat besi? Itu yang buat pagar, kan?”
Padahal, zat besi dan seng itu kayak software antivirus buat tubuh. Mereka bantu sel imun melawan virus dan menjaga fungsi tubuh tetap prima. Tapi sering kali mereka kalah pamor sama vitamin yang lebih populer.
Ini namanya “Kalah Branding” – Penting tapi kurang marketing.
Multivitamin: Satu Botol, Banyak Lupa
Andi punya multivitamin. Isinya lengkap, ada semua. Tapi tiap kali buka lemari, dia ambil mi instan, bukan vitamin.
Multivitamin sering jadi korban penundaan. Padahal cuma perlu 10 detik buat minum. Tapi 10 detik itu kalah sama scroll TikTok 2 jam. Katanya belum sempat, padahal sempat nonton drama 16 episode semalam suntuk.
Ini namanya “Waktu Ada, Niat Nggak” – Masalahnya bukan sibuk, tapi pilihan.
Akhirnya…
Suatu hari, Andi tumbang. Meriang, batuk, lemas. Cuti kerja dan kehilangan orderan freelance. Saat itu, ia baru sadar pentingnya imun. Baru ingat tumpukan vitamin yang selama ini cuma jadi dekorasi meja.
Sambil minum vitamin dalam keadaan sakit, ia nyeletuk,
“Harusnya dari dulu gue rutin minum beginian…”
Ini namanya “Belajar Setelah Jatuh” – Sayangnya, banyak orang baru sadar pentingnya vitamin setelah telanjur sakit.
Jadi, kalau kamu masih suka lupa minum vitamin, ingatlah:
Vitamin itu bukan buat pas kamu tumbang, tapi supaya kamu nggak tumbang. Jangan tunggu jatuh dulu baru cari pegangan.
Karena dalam hidup, yang kelihatan kecil dan sepele sering kali yang paling menentukan.
Dan vitamin… termasuk di antaranya.
Kalau kamu baca ini sambil ngelirik botol vitamin di rak tapi belum diminum juga, yaudah…
Ini namanya “Peringatan yang Gagal Dieksekusi.”